Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inspirasi Energi: Listrik dari PLTU Batubara Terseok Selama Pandemi, Emisi Gas Rumah Kaca Menurun

Kompas.com - 15/02/2021, 14:00 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Penulis

KOMPAS.com – Pangsa energi listrik yang dihasilkan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) batubara turun tajam daripada sumber daya lainnya selama pandemi.

Laporan tersebut merupakan temuan dari studi terbaru berjudul COVID-19-induced low power demand and market forces starkly reduce CO2 emissions yang dipublikasikan pada 8 Februari.

Studi tersebut dipimpin oleh Potsdam Institute for Climate Impact Research di Jerman dan diterbitkan di jurnal Nature Climate Change. Studi ini menganalisis emisi dan permintaan listrik di Amerika Serikat (AS), Eropa dan India.

Di tiga tempat ini, permintaan listrik bulanan telah menurun hingga 20 persen pada 2020 dibandingkan 2019. Sedangkan emisi karbon dioksida bulanan dari sektor pembangkit listrik telah menurun hingga 50 persen.

Menurut laporan itu, penurunan kontribusi energi listrik dari PLTU batubara tersebut berdampak signifikan terhadap pengurangan emisi karbon dioksida secara global.

Baca juga: Inspirasi Energi: Perusahaan Migas Eropa Ramai-ramai Investasi Energi Terbarukan, Ini Daftarnya

Direktur dan kepala ekonom di Potsdam Institute sekaligus penulis studi tersebut, Ottmar Edenhofer, mengaku terkejut dengan temuan itu.

Pasalnya, ketika permintaan konsumsi listrik turun, biasanya pembangkit listrik tenaga gas (PLTG) yang pertama kali dimatikan atau dikurangi. Sebab, biaya produksi dan biaya operasi PLTG jauh lebih mahal dari PLTU batubara.

Salah satu faktor yang membuat produsen listrik tidak mematikan PLTG adalah harga gas alam yang merosot tajam selama pandemi.

Sehingga bila dikalkulasi ulang, pembangkitan listrik dari PLTG dinilai lebh ekonomis dibandingkan pembangkitan listrik dari PLTU batubara selama pandemi ini.

Jadilah produsen-produsen listrik ini mempertahankan pembangkitan listrik dari PLTG dan mematikan PLTU batubara untuk menyesuaikan konsumsi listrik yang menurun kala pandemi.

Baca juga: Inspirasi Energi: PLTN China dan Ambisi Beijing di Luar Negeri

Di sisi lain, batubara melepaskan lebih banyak karbon dioksida daripada pembangkit listrik lainnya. Sehingga, dengan tidak beroperasinya beberapa PLTU batubara di dunia, emisi gas rumah kaca turun.

Penurunan emisi gas rumah kaca dalam hal permintaan batubara paling menonjol terjadi di Jerman, Spanyol, dan Inggris sebagaimana dilansir dari The New York Times.

Studi tersebut menambahkan, tren menurunnya permintaan energi listrik dari PLTU batubara kemungkinan bisa lebih lama bahkan setelah pandemi dapat dikendalikan.

Potsdam Institute for Climate Impact Research memperkirakan bahwa pandemi membuka peluang untuk melanjutkan tren penurunan konsumsi batubara, yang pada glirannya semakin memangkas emisi gas rumah kaca.

Jika pemerintah mendukung langkah-langkah kebijakan iklim yang tepat, emisi gas rumah kaca dari sektor ketenagalistrikan dapat menurun lebih cepat dari yang diperkirakan sebelumnya.

Baca juga: Inspirasi Energi: Tahun Bersejarah, Listrik Energi Terbarukan di Uni Eropa Kalahkan Batubara

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

UPDATE Singapore Airlines Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

UPDATE Singapore Airlines Turbulensi, 20 Orang Masuk ICU di RS Thailand

Global
Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Rusia Duduki Lagi Desa yang Direbut Balik Ukraina pada 2023

Global
AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

AS-Indonesia Gelar Lokakarya Energi Bersih untuk Perkuat Rantai Pasokan Baterai-ke-Kendaraan Listrik

Global
Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Inggris Juga Klaim China Kirim Senjata ke Rusia untuk Perang di Ukraina

Global
3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

3 Negara Eropa Akan Akui Negara Palestina, Israel Marah

Global
Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Ekuador Perang Lawan Geng Narkoba, 7 Provinsi Keadaan Darurat

Global
[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

[POPULER GLOBAL] Identitas Penumpang Tewas Singapore Airlines | Fisikawan Rusia Dipenjara

Global
Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Ukraina Kembali Serang Perbatasan dan Wilayahnya yang Diduduki Rusia

Global
Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Singapore Airlines Turbulensi, Ini Nomor Hotline bagi Keluarga Penumpang

Global
Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Rusia Pulangkan 6 Anak Pengungsi ke Ukraina Usai Dimediasi Qatar

Global
Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Fisikawan Rusia yang Kembangkan Rudal Hipersonik Dihukum 14 Tahun

Global
Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Misteri Area 51: Konspirasi dan Fakta di Balik Pangkalan Militer Tersembunyi AS

Global
Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Kepala Politik Hamas Ucap Duka Mendalam pada Pemimpin Tertinggi Iran

Global
Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Panas Ekstrem 47,4 Derajat Celcius, India Liburkan Sekolah Lebih Awal

Global
Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Israel Batal Sita Kamera Associated Press Setelah Panen Kecaman

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com