KOMPAS.com – Pengembangan energi terbarukan tengah meningkat di seluruh dunia berkat adanya transisi dari energi fosil menuju energi terbarukan yang lebih berkelanjutan
Hal itu demi mencegah perubahan iklim yang ditetapkan dalam Perjanjian Paris.
International Energy Agency memperkirakan, energi terbarukan akan mengalami pertumbuhan yang signifikan pada 2020 hingga 2025.
Di antara sejumlah sumber energi terbarukan, energi angin dan energi matahari bakal menjadi promadona dalam tahun-tahun mendatang.
Di sisi lain, sektor minyak dan gas (migas) kini berada dalam kesulitan. Di satu sisi, migas selalu menjadi kambing hitam untuk masalah perubahan iklim dunia.
Baca juga: Inspirasi Energi: PLTN China dan Ambisi Beijing di Luar Negeri
Dilansir dari Engineering.com, sebanyak 20 perusahaan bahan bakar fosil bertanggung jawab atas sepertiga dari seluruh emisi gas rumah kaca di era modern.
Chevron, Exxon, BP, dan Shell menyumbang lebih dari 10 persen emisi karbon dunia sejak 1965, sementara Saudi Aramco telah menghasilkan lebih dari 4 persen.
Di sisi lain, sektor migas mengalami guncangan yang cukup dahsyat karena jatuhnya harga minyak, peningkatan biaya eksplorasi dan ekstraksi, dan penurunan permintaan yang drastis karena Covid-19.
Kini, perusahaan migas di eropa mulai berinvestasi ke sektor energi terbarukan dan mendiversifikasi portofolio untuk memposisikan kembali diri mereka sebagai perusahaan energi, bukan hanya perusahaan migas.
Dilansir dari Engineering.com, berikut sejumlah perusahaan migas di Eropa yang mulai berinvestasi ke sektor energi terbarukan.
Baca juga: Inspirasi Energi: Tahun Bersejarah, Listrik Energi Terbarukan di Uni Eropa Kalahkan Batubara
Perusahaan migas asal Inggris, BP, adalah perusahaan migas yang paling awal dalam berinvestasi untuk proyek energi terbarukan terutama energi matahari dan energi angin.
BP menginvestasikan sekitar 8 miliar dollar AS dalam energi terbarukan di awal 2000-an dan bahkan menghabiskan 200 juta dollar AS untuk mengubah mereknya dari British Petroleum ke Beyond Petroleum pada 2001.
Semua kemajuan perusahaan tersebut di sektor energi terbarukan harus terhalang karena insiden tumpahan minyak di Teluk Meksiko pada 2010. Kerugiannya ditaksir sangat besar.
Untuk itu, BP harus mengalihkan fokusnya demi membayar kerusakan akibat insiden tersebut dan meningkatkan operasi migasnya yang ada, sehingga mereka menjual banyak aset energi terbarukan yang kurang menguntungkan.