Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

AS Nilai Militer Myanmar Lakukan Kudeta, Berniat Hentikan Bantuan

Kompas.com - 03/02/2021, 10:44 WIB
Ardi Priyatno Utomo

Penulis

Sumber AFP

WASHINGTON DC, KOMPAS.com - AS menyatakan, mereka menilai militer Myanmar sudah melakukan kudeta, dan berniat menghentikan bantuan ke negara itu.

Juru bicara kementerian luar negeri Ned Price menuturkan, Tatmadaw (nama untuk militer Myanmar) terang-terangan menggulingkan pemerintahan yang sah.

"Kami menyimpulkan aksi pasukan Burma pada 1 Februari termasuk dalam kudeta," kata Price merujuk pada nama lama Myanmar.

Baca juga: Guru yang Aerobik Pakai Lagu Ampun Bang Jago Mengaku Tak Lecehkan Militer Myanmar

Price menyatakan, Washington akan berkoordinasi dengan seluruh sekutunya agar proses demokrasi "Negeri Seribu Pagoda" dihormati.

Berdasarkan aturan di AS, Gedung Putih dilarang untuk memberikan bantuan ke pemerintah yang melakukan kudeta.

Namun, efeknya diyakini hanya simbolis. Mengingat secara virtual, bantuan disalurkan ke berbagai saluran non-pemerintah.

Saat ditanya berapa jumlah uang yang sudah dikucurkan Washington ke Naypyidaw, Price hanya menjawab "jumlahnya kecil".

Tatmadaw sendiri sudah berada dalam sanksi AS buntut operasi yang mereka lakukan atas etnis Rohingya pada 2017.

Price melanjutkan, kementeriannya berkomitmen untuk tetap melanjutkan bantuan ke Rohingya. Namun di sisi lain, bantuan bagi pemerintah bakal ditinjau.

Sementara Presiden Joe Biden dalam pernyataannya Senin (1/2/2021) menegaskan, dia mengancam bakal menjatuhkan sanksi.

Dilansir AFP Selasa (2/2/2021), Kemenlu AS disebut sudah menggelontorkan dana sekitar 1,5 miliar dollar (Rp 21 triliun).

Bantuan yang dikucurkan sejak 2012 itu dipakai guna mendukung demokrasi, perdamaian, dan mengurangi kekerasan di masyarakat.

Sumber lain di Kemenlu mengungkapkan, mereka tidak punya kontak di Myanmar, sejak kudeta militer terjadi Senin.

Sebagai gantinya, mereka berkoordinasi dengan India dan Jepang, yang mempunyai sumber informasi lebih baik mengenai Tatmadaw.

Baca juga: Khawatir Nasib Rohingya dalam Kudeta Myanmar, DK PBB Bakal Bertemu

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Serangan Ukraina di Belgorod Rusia, 9 Orang Terluka

Global
Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Inggris Selidiki Klaim Hamas Terkait Seorang Sandera Terbunuh di Gaza

Global
Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Serangan Drone Ukraina Sebabkan Kebakaran di Kilang Minyak Volgograd Rusia

Global
PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

PBB Serukan Gencatan Senjata di Gaza Segera, Perang Harus Dihentikan

Global
Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Pendaki Nepal, Kami Rita Sherpa, Klaim Rekor 29 Kali ke Puncak Everest

Global
4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

4.073 Orang Dievakuasi dari Kharkiv Ukraina akibat Serangan Rusia

Global
Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Macron Harap Kylian Mbappe Bisa Bela Perancis di Olimpiade 2024

Global
Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Swiss Juara Kontes Lagu Eurovision 2024 di Tengah Demo Gaza

Global
Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Korsel Sebut Peretas Korea Utara Curi Data Komputer Pengadilan Selama 2 Tahun

Global
Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Rangkuman Hari Ke-808 Serangan Rusia ke Ukraina: Bala Bantuan untuk Kharkiv | AS Prediksi Serangan Terbaru Rusia

Global
Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Biden: Gencatan Senjata dengan Israel Bisa Terjadi Secepatnya jika Hamas Bebaskan Sandera

Global
Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Israel Dikhawatirkan Lakukan Serangan Darat Besar-besaran di Rafah

Global
Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Wanita yang Dipenjara Setelah Laporkan Covid-19 di Wuhan pada 2020 Dibebaskan

Global
Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Rusia Klaim Rebut 5 Desa dalam Pertempuran Sengit di Kharkiv

Global
Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Di Balik Serangan Israel ke Rafah yang Bahkan Tak Bisa Dihalangi AS

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com