ZURICH, KOMPAS.com - Jika ada negara demokratis di dunia, Swiss salah satunya. Kendati berisiko memperburuk pandemi wabah Covid-19, unjuk rasa di negeri banyak gunung dan sapi ini tetap diizinkan.
Setidaknya terlihat di depan balai kota Provinsi Schwyz, Swiss Tengah, Sabtu (9/1/2021). Meski dijadwalkan berlangsung jelang sore, tepatnya mulai pukul 17.00, sejak pukul 14.30 sudah berdatangan calon demonstran ke provinsi yang mengeklaim sebagai Swiss Asli ini.
"Schwyz sudah penuh, silahkan ke tempat lain,“ tulis panitia pelaksana demo, dalam websitenya. Penuh itu artinya sudah memenuhi kuota, yakni 400 peserta, sebagaimana yang diizinkan Polda Schwyz.
Baca juga: Trump Berniat Kerahkan Tentara untuk Lindungi Pendukung Saat Demo di Capitol
Dan tempat lain itu berupa tiga titik di Altdorf (Uri), Stans (Nidwalden) dan Sarnen (Obwalden). Di ketiga tempat itu, panitia mengarahkan massa.
Ada tiga layar besar menayangkan live streaming di Altdorf, Stans dan Sarnen. Massa yang tidak bisa datang ke Svhwyz, tetap bisa mendengarkan orasi dari beberapa tokoh demonstrasi.
Hanya saja, isi orasi, lebih banyak menyoroti kebijakan pemerintah federal Swiss dalam politik Corona, yang dianggap terlalu otoriter.
"700 tahun lalu kita pernah memerdekan diri dari tirani asing, sekarang hak untuk bebicara yang diperjuangkan nenek moyang kita, tidak bisa dirampas begitu saja. Itu yang harus tetap dijaga,“ teriak salah satu pembicara.
Demonstrasi menentang kebijakan penanganan virus corona di Swiss dipelopori tokoh yang berafiliasi dengan partai kanan, SVP.
Meski menyatakan tidak mengatasnamakan partainya, kelompok ini membawa nuansa sentimen nasionalisme.
Baca juga: Video Viral, Ada Bendera India di Demo Pendukung Trump di Capitol
Antara lain, mengaku akan meneruskan kebebasan yang diperjuangkan pahlawan Swiss 700 tahun silam. Juga, empat lokasi yang dipilih, merupakan kawasan yang dulunya merintis kemerdekaan Swiss dari tirani Austria, 700 tahun silam.
Meskipun mendapatkan izin, demonstrasi yang bernama Aktionbündnis Urkanton ini mendapatkan banyak pembatasan.
Peserta maksimal 400 orang, bermasker, dan berjarak 1,5 meter. Pembicara yang semula juga diwajibkan menggunakan masker, setelah mendapatkan protes dari panitia, akhirnya bisa berorasi tanpa masker.
Di lapangan, peraturan dari Pemda Schwyz banyak dilanggar. Jaga jarak 1,5 meter, tidak selalu ditepati. Pemakaian masker juga tidak dilakukan semestinya. Ada yang memakai masker dengan betul, ada yang tidak.
Baca juga: Bagaimana Rasanya Disuntik Vaksin Covid-19? Berikut Penuturan Kontributor Kompas.com di Swiss
Akibat pembatasan peserta inilah, maka diadakan live streaming di Altdorf, Stans dan Sarnen. Namun demikian, tetap saja di ketiga tempat itu juga dibatasi 400 orang.
Pengetatan ini terjadi setelah November silam, di alun alun kota Lachen, Schwyz, berlangsung demo serupa yang dikunjungi 1000 orang, tanpa masker dan tanpa menjaga jarak.
Di kota besar Swiss lainnya, juga mulai marak unjuk rasa menentang kebijakan pemerintah konfederasi Swiss dalam menangani pandemi Corona. Bern dan Zurich melakukannya sebulan silam.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.