Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sudah Banyak Warga Kebal, Infeksi Virus Wuhan Kemungkinan 10 kali Lebih Tinggi Dari Pelaporan

Kompas.com - 31/12/2020, 08:17 WIB
Bernadette Aderi Puspaningrum

Penulis

Sumber AFP

BEIJING, KOMPAS.com - Jumlah kasus virus corona di kota Wuhan China tempat patogen pertama kali terdeteksi, diproyeksi bisa mencapai 10 kali lebih tinggi dari angka resmi, menurut sebuah studi oleh otoritas kesehatan di Wuhan.

Sekitar 4,4 persen dari 11 juta penduduk kota telah mengembangkan antibodi terhadap virus yang menyebabkan Covid-19 pada April, menurut laporan Pusat Pengendalian Penyakit China (CDC), melansir AFP pada Rabu (30/12/2020).

Dengan demikian itu berkorelasi terhadap sekitar 480.000 infeksi di Wuhan pada April. Artinya, hampir 10 kali lipat dari penghitungan resmi hingga saat ini dari 50.000 kasus di kota.

China telah menghadapi rentetan kritik di dalam dan luar negeri atas penanganan awal virus tersebut. Terdapat upaya untuk membungkam pelapor dan tidak melaporkan kasus apa pun selama berhari-hari di awal Januari, di tengah konsultasi politik tingkat tinggi.

Pada Senin (28/12/2020), jurnalis warga Zhang Zhan dipenjara selama empat tahun, karena melaporkan kondisi di dalam Wuhan selama puncak wabah.

Baca juga: Wuhan yang Dulu Merana karena Virus Corona, Kini Meriah dengan Pesta

Perbedaan yang diungkapkan oleh data CDC mungkin menunjukkan potensi pelaporan yang tidak dilaporkan.

“Kekacauan pada akhir Januari dan awal Februari terjadi ketika sejumlah besar orang tidak diuji atau tidak diuji secara akurat untuk Covid-19," Huang Yanzhong, dari Council on Foreign Relations (CFR), kepada AFP.

Qin Ying, seorang ahli serologi dari CDC mengatakan kepada AFP pada Rabu (28/12/2020), bahwa perbedaan data tidak hanya terjadi di China.

"Beberapa negara telah menerbitkan survei serologis serupa. Dalam banyak kasus, jumlah orang dengan antibodi terhadap virus corona beberapa kali lebih tinggi daripada jumlah kasus yang dikonfirmasi," kata Qin.

"Jadi perbedaan semacam ini adalah fenomena yang tersebar luas."

CDC menambahkan bahwa hanya 0,44 persen populasi di provinsi Hubei tengah di luar Wuhan yang menunjukkan antibodi untuk virus tersebut. Itu menunjukkan bahwa penguncian 77 hari di kota itu mungkin telah membantu mencegah penyebaran penyakit.

Baca juga: Setahun Setelah Kasus Covid-19 Pertama Muncul, Warga Wuhan Masih Dibayangi Stigma Negatif

Temuan survei terhadap lebih dari 34.000 orang di seluruh negeri yang dilakukan pada April itu baru dirilis Senin malam (28/12/2020).

China tidak memasukkan kasus asimtomatik dalam penghitungan resminya. Meski kasus itu juga dapat menjelaskan perbedaan antara total kasus yang dikonfirmasi dan jumlah sebenarnya yang terinfeksi.

Jumlah total kasus negara itu mencapai 87.027 dengan 4.634 kematian, menurut data dari Komisi Kesehatan Nasional pada Rabu (30/12/2020).

China sebagian besar telah mengekang virus di dalam negeri. Tahun ini Negara Asia Timur itu menjadi satu-satunya negara ekonomi besar, yang melaporkan pertumbuhan ekonomi positif, setelah pembatasan bisnis dan perjalanan internal dicabut.

“Bahkan di Wuhan angkanya tidak setinggi di New York City (23 persen pada September), yang mungkin menunjukkan upaya pengendalian virus dari pemerintah (China) cepat dan efektif", kata Huang.

Para pejabat juga bergegas menguji puluhan juta orang, untuk membasmi kemunculan wabah kecil di tingkat lokal.

Baca juga: Ceritakan Realitas Kondisi Wuhan sejak Dilanda Pandemi Covid-19, Wanita Ini Dikritik Tidak Nasionalis

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

WHO: Penggunaan Alkohol dan Vape di Kalangan Remaja Mengkhawatirkan

Global
Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Kunjungan Blinken ke Beijing, AS Prihatin China Seolah Dukung Perang Rusia

Global
Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Rusia Serang Jalur Kereta Api Ukraina, Ini Tujuannya

Global
AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

AS Berhasil Halau Serangan Rudal dan Drone Houthi di Teluk Aden

Global
Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Petinggi Hamas Sebut Kelompoknya akan Letakkan Senjata Jika Palestina Merdeka

Global
Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Inggris Beri Ukraina Rudal Tua Canggih, Begini Dampaknya Jika Serang Rusia

Global
Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Siapa Saja yang Berkuasa di Wilayah Palestina Sekarang?

Internasional
Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Ikut Pendaftaran Wajib Militer, Ratu Kecantikan Transgender Thailand Kejutkan Tentara

Global
Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Presiden Ukraina Kecam Risiko Nuklir Rusia karena Mengancam Bencana Radiasi

Global
Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Jelang Olimpiade 2024, Penjara di Paris Makin Penuh

Global
Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Polisi Diduga Pakai Peluru Karet Saat Amankan Protes Pro-Palestina Mahasiswa Georgia

Global
Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Pemilu India: Pencoblosan Fase Kedua Digelar Hari Ini di Tengah Ancaman Gelombang Panas

Global
Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Kim Jong Un: Peluncur Roket Teknologi Baru, Perkuat Artileri Korut

Global
Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Anggota DPR AS Ini Gabung Aksi Protes Pro-Palestina di Columbia University

Global
Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Ditipu Agen Penyalur Tenaga Kerja, Sejumlah Warga India Jadi Terlibat Perang Rusia-Ukraina

Internasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com