Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemetik Buah di Australia Minta Kenaikan Gaji, Pemilik Kebun Tak Sepakat

Kompas.com - 19/12/2020, 13:39 WIB
Danur Lambang Pristiandaru

Editor

KOMPAS.com - Para petani di Australia menolak permintaan serikat buruh untuk menaikkan jumlah minimum gaji per jam bagi pemetik buah dan pekerja musiman.

Serikat Buruh Australia (AWU) pada Rabu (16/12/2020) mengumumkan bahwa pihaknya akan mengajukan permintaan ke Komisi Pekerja Adil (FWC) dan memohon untuk mengubah aturan hortikultura demi memastikan bahwa pekerja menerima gaji minimal sebesar 24,80 dollar Australia (Rp 265 ribu) per jam.

Sekretaris nasional AWU, Daniel Walton, mengatakan bahwa bukti pemberian upah di bawah standar oleh perusahaan pemasok pekerja telah bertambah dari waktu ke waktu.

Menurutnya, bukti yang ada juga menunjukkan lemahnya perlindungan bagi pekerja sehingga aturan mengenainya harus ditambahkan dalam hukum.

Walau demikian, kelompok advokat petani, FNQ Growers, mengatakan bahwa penetapan harga terendah di bawah harga per buah, di mana pekerja dibayar berdasarkan jumlah buah atau sayur yang mereka petik, secara efektif menyamakannya dengan tingkat penghargaannya.

Presiden FNQ Growers yang juga petani mangga, Joe Moro, mengatakan bahwa banyak petani lebih memilih untuk membayar per buah.

Baca juga: Konflik Dagang dengan China Memanas, Australia Mengadu ke WTO

"Pada akhirnya, tujuan dari dari pembayaran per buah adalah untuk memberikan penghargaan untuk pekerja yang bekerja paling efisien dengan bayaran yang lebih tinggi, dan upah yang lebih rendah bagi yang tidak efisien," kata Moro.

"Jadi, menetapkan harga terendah bertentangan dengan tujuan dari menetapkan harga per buah dan kami tidak mendukungnya," tambahnya.

Dia mengaku sering mendapat pertanyaan dari para pekerjanya di kebun mangga, tentang bagaimana mereka lebih suka dibayar per buah karena bekerja lebih cepat dari yang lain.

"Menurut saya ini adalah apa yang dibutuhkan ketika (seseorang) pergi dan bekerja di kebun, bahwa ada beberapa pilihan berbeda," imbuh Moro.

Baca juga: Mahasiswa Indonesia Rayakan Kebebasan Setelah Selesai Karantina di Australia

Konsultasi industri diperlukan

Wakil eksekutif Citrus Australia, Nathan Hancock, mengatakan bahwa industri seharusnya dimintai pendapat jika ada keinginan untuk mengubah aturan hortikultura.

"Saya ingin melihat bagian yang lebih detail dari hal ini, tapi kami juga tidak ingin ada perubahan yang merampas produktivitas," kata Hancock.

Nathan mengatakan jika keseimbangan pembayaran tidak tercapai, efektivitas dalam perkebunan juga akan terpengaruh.

"Saya pikir banyaknya masalah yang dilaporkan saat ini disebabkan oleh perilaku buruk dalam sektor perekrutan tenaga kerja," tutur Hancock.

"Saya tidak menuduh semua orang melakukan hal yang sama, namun ketika ada situasi saat negara bagian memiliki aturan berbeda atau tidak ada aturan sama sekali terkait perusahaan pemasok tenaga kerja, ada celah untuk eksploitasi," sambungnya.

Baca juga: Selandia Baru Buka Travel Bubble dengan Australia Awal 2021

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com