TEHERAN, KOMPAS.com – Pada Senin (7/12/2020), Iran menolak ajakan Arab Saudi dan negara-negara Teluk Arab untuk menggelar konsultasi tentang potensi negosiasi program nuklirnya.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Arab Saudi Pangeran Faisal bin Farhan pada Sabtu (5/12/2020) meminta agar Iran berkonsultasi terlebih dahulu dengan Arab Saudi.
Permintaan tersebut lantas ditolak mentah-mentah oleh Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran Saeed Khatibzadeh.
"Setiap orang bebas untuk berbicara, tetapi lebih baik mereka tidak berbicara di atas level mereka sehingga mereka tidak mempermalukan diri sendiri," kata Khatibzadeh kepada wartawan.
"Terlalu banyak membahas tentang negara medioker di kawasan itu tidak menimbulkan apa-apa," imbuh Khatibzadeh menyindir Arab Saudi sebagai negara medioker.
Baca juga: Iran Klaim Senapan Mesin yang Dipakai Membunuh Ilmuwan Nuklirnya Sangat Akurat, Ini Buktinya
Khatibzadeh juga menuduh Riyadh mendanai ideologi ekstremis dan bertanggung jawab atas banyak masalah di dunia Arab dan Islam.
Dia menambahkan rakyat Arab Saudi pantas mendapatkan yang lebih baik.
Di sisi lain, Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengisyaratkan agar Washington kembali ke kesepakatan nuklir Iran 2015 yang secara resmi dikenal sebagai Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA).
AS menarik diri dari dari kesepakatan tersebut pada 2018 di bawah pemerintahan Presiden AS Donald Trump.
Selain itu, Trump juga menerapkan sanksi sebagai bagian dari tekanannya terhadap Iran.
Baca juga: Perwira Iran: Ilmuwan Nuklir Dibunuh Senapan Mesin yang Dikendalikan Satelit
Akibatnya, sejak 2019, Iran secara bertahap menarik kembali sebagian besar komitmennya dalam kesepakatan nuklir tersebut.
Hal itu merupakan tanggapan atas sanksi yang dijatuhkan oleh AS dan sebagai respons atas apa yang mereka sebut sebagai ketidakmampuan Eropa dalam memberikan manfaat ekonomi yang dijanjikan dalam perjanjian itu.
Teheran menyatakan bahwa tindakannya dapat dipulihkan jika pihak lain, terutama AS, kembali melaksanakan komitmen mereka dalam kesepakatan itu.
Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Iran setelah para demonstran menyerang misi diplomatiknya di Teheran.
Demonstrasi itu dipicu oleh penjatuhan hukuman eksekusi terhadap ulama Syiah yang dihormati di Arab Saudi.
Baca juga: Diduga Kesehatannya Menurun, Pemimpin Tertinggi Iran Serahkan Kekuasaan ke Anaknya