WASHINGTON DC, KOMPAS.com - Belakangan ini publik disuguhi lugasnya calon wakil presiden (cawapres) dari Partai Demokrat Amerika Serikat, Kamala Harris, dalam berdebat dengan cawapres petahana Mike Pence.
Kemampuan adu argumen Kamala Harris dalam berdebat di ajang kampanye pemilu AS memang tidak diragukan lagi.
Namun untuk bisa sampai pada keadaan saat ini, yakni bisa memilih dan bahkan menjadi salah satu kandidat dalam pemilu, bukan perjuangan yang mudah.
Jangankan menjadi kandidat yang berlaga, untuk mencoblos saja para perempuan tidak punya hak. Keadaan ini masih berlangsung hingga tahun 1920. Sebelumnya, bagi para perempuan di AS, mencoblos adalah ilegal.
Baca juga: Kamala Harris Garang di Debat Cawapres AS, Pamannya Kasihan ke Mike Pence
Sejarah Amerika pun mencatat nama-nama pejuang hak pilih perempuan, salah satunya yaitu Susan B Anthony yang lahir di sebuah kota kecil di Massachusetts, AS, pada 15 Februari 1820.
Anak kedua dari tujuh bersaudara, Susan Brownell Anthony lahir dalam keluarga yang sangat memperhatikan masalah reformasi sosial.
Anthony menjadi aktivis dalam usia yang bisa dibilang sangat muda. Pada usia 16 tahun dia sudah mengumpulkan tanda tangan untuk gerakan menentang perbudakan.
Baca juga: Cawapres AS Dipagari Plexiglass Saat Debat, tapi Belum Aman dari Covid-19
Masa kecil Anthony diwarnai kesulitan keuangan dan kebangkrutan keluarganya. Dilansir dari laman museum yang didedikasikan untuk Susan B Anthony, pada tahun 1838 sang ayah yang bernama Daniel memutuskan untuk mengeluarkan Susan dan saudara perempuannya, Guelma, dari sekolah tempat mereka belajar.
Hanya setahun sebelumnya yakni dalam depresi tahun 1837, keluarga itu dinyatakan bangkrut dan harus kehilangan rumah keluarga di Battenville.
Pada tahun 1826 keluarganya pindah ke Negara Bagian New York. Keluarga ini rutin menggelar pertemuan mingguan bagi para aktivis lokal, termasuk pejuang abolisionis Afrika-Amerika yang terkenal seperti Frederick Douglass.
Anthony mulai bekerja di bidang pendidikan dan menjadi kepala sekolah. Tetapi ia tidak bahagia karena menerima gaji yang jauh lebih rendah daripada rekan prianya di posisi yang sama.
Pada tahun 1848, Konvensi Nasional Hak-Hak Perempuan pertama di Amerika Serikat diadakan di Seneca Falls, New York.
Hasilnya adalah sebuah deklarasi yang memuat 18 poin terkait ketidakadilan terhadap perempuan dan menuntut agar perempuan diberikan semua hak dan keistimewaan yang dimiliki laki-laki.
Baca juga: Seekor Lalat Hinggap di Kepala Wapres AS Saat Debat dengan Kamala Harris
Salah satu penggagas konvensi tersebut adalah Elizabeth Cady Stanton. Dia dan Susan B Anthony kemudian bertemu pada tahun 1851 dan menjadi teman dekat serta sahabat dalam memperjuangkan hak-hak perempuan.
Tahun 1869 dia dan Stanton mendirikan National Woman Suffrage Association, yang memperjuangkan hak-hak perempuan agar mempunyai hak pilih dalam pemilu. Organisasi ini kemudian bergabung dengan American Woman Suffrage Association pada tahun 1890.