Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

2 Pelajar Asal China di Australia Dipukuli dan Alami Diskriminasi Rasial

Kompas.com - 18/04/2020, 11:00 WIB
Miranti Kencana Wirawan

Penulis

CANBERRA, KOMPAS.com - Pelajar internasional beretnis Tionghoa yang diserang oleh seorang asing di pusat wilayah bisnis (CBD) Melbourne mengatakan, mereka diusir dari Australia. Orang asing itu berkata, "Keluarlah kamu dari negara kami!"

Dua pelajar perempuan asal China pada Rabu (15/4/2020) sekitar pukul 17.30 waktu setempat sedang berjalan kaki di sepanjang Elizabeth Street menuju Woolworths.

Saat itu, mereka dihadapkan oleh sebuah kelompok yang terdiri dari dua perempuan berusia 20-an dan seorang pria.

Para pelajar asal China itu diminta untuk "kembali ke China", sebagaimana Nine News melaporkan. Mereka juga diejek soal virus corona.

Pelajar dari Universitas Melbourne yang berusia 18 dan 20 tahun itu menanggapi ejekan penyerangnya dan kemudian diserang oleh salah satu perempuan dari kelompok itu.

Baca juga: Usai Dituding Rasialis, China Akan Tingkatkan Perawatan Orang Afrika

Sebuah rekaman menunjukkan, salah satu perempuan meraih salah satu pelajar perempuan itu dan meninju berulang kali di kepala ketika si pelajar mencoba untuk melindungi dirinya sendiri, sebelum akhirnya menyeretnya ke tanah, lalu berlutut dan menendang tubuh bagian atas.

Seorang pria berusaha untuk meredakan situasi, tetapi penyerang mengambil sebuah benda dari tanah dan mendekati pelajar asal China yang tadi diserangnya. Namun, pria itu berhasil melerai mereka.

Insiden itu, yang dikecam oleh Wali Kota Melbourne Sally Capp dan Universitas Melbourne, membuat para pelajar asal China itu trauma.

"Dia mulai berkata (bersumpah serapah), 'Keluar kalian dari negara kami! Kamu tidak seharusnya berada di sini'," ungkap salah satu pelajar kepada Nine News.

"Saya benar-benar takut, mereka pikir tidak apa-apa untuk melakukan ini kepada orang lain," kata pelajar yang lain sambil menangis.

Capp mengatakan, Melbourne adalah kota inklusif yang menyambut semua pelajar internasional.

Baca juga: Usai Ucapkan Komentar Rasial, Trump Ingin Lindungi Warga Asia-Amerika

"Keragaman kami adalah salah satu kekuatan besar komunitas kami. Kekerasan atau pelecehan tidak akan ditoleransi," kata Sally Capp.

Penyerang perempuan pertama tampaknya memiliki penampilan Kaukasia, sekitar 20 tahun dan tinggi sekitar 150 cm dengan tubuh kurus dan rambut coklat sebahu yang bagian atasnya dikuncir.

Dia mengenakan atasan berwarna hitam dan memakai rompi bertudung yang berwarna agak hijau serta rok pendek di atas lutut berwarna putih. Pelaku perempuan kedua memiliki rambut pirang sebahu. Dia mengenakan jaket merah muda. 

Di sisi lain, pendidikan internasional adalah industri ekspor layanan terbesar Victoria. Mahasiswa internasional, yang bayarannya sangat diandalkan oleh sektor universitas, menghasilkan pendapatan 11,8 miliar dollar Australia (sekitar Rp 117 triliun) untuk negara pada 2018 dan mendukung hampir 80.000 pekerjaan.

Industri ini akan menghadapi krisis di tahun-tahun mendatang jika pelajar internasional diblokir dari memasuki negara karena pembatasan perbatasan yang bertujuan melindungi Australia dari Covid-19.

Baca juga: Saat Warga China Mengalami Diskriminasi Akibat Virus Corona, Warga Asing di China Mendapat Perlakuan Serupa

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

ICJ Perintahkan Israel Buka Penyeberangan Rafah di antara Mesir dan Gaza

Global
Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Pria Ini Pesan Burger McDonald's dengan Menghapus Semua Unsur, Ini yang Didapat

Global
Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Surat Perintah Penangkapan Netanyahu Disebut Tak Berlaku di Hongaria

Global
Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Singapore Airlines Ubah Aturan Sabuk Pengaman dan Rute Setelah Turbulensi Fatal

Global
Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Singapore Airlines Minta Maaf Setelah Penumpang Terluka Keluhkan Diamnya Maskapai

Global
Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Kepala CIA Bakal ke Paris, Bahas Lagi Gencatan Senjata di Gaza

Global
Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Beberapa Sumber: Putin Inginkan Gencatan Senjata di Ukraina Garis Depan

Global
Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Mampukah Taiwan Pertahankan Diri jika China Menyerang?

Internasional
Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Kematian Presiden Raisi Membuat Warga Iran Terbagi Jadi Dua Kubu

Internasional
China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

China Uji Coba Rebut Taiwan dalam Lanjutan Latihan Perang

Global
Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Tanah Longsor di Papua Nugini, Diyakini Lebih dari 100 Orang Tewas

Global
Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Wanita Ini Kencan 6 Kali Seminggu agar Tak Beli Bahan Makanan, Hemat Rp 250 Juta

Global
Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Penikaman di China oleh Seorang Pria, 8 Orang Tewas

Global
Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Imbas Perang di Gaza, Otoritas Palestina Berisiko Alami Keruntuhan Keuangan

Global
Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Hari Ini, Mahkamah Internasional Bakal Putuskan Upaya Gencatan Senjata di Gaza

Global
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com