SIGLI, KOMPAS.com – Sore itu, sejumlah pengendara singgah di Desa Jalan Pidie-Medan, persis di bundaran Aneuk Mulieng, pusat Kota Sigli, Kabupaten Pidie, Provinsi Aceh, Senin (24/7/2023).
Tugu Aneuk Mulieng (melinjo) persis di depan bangunan berbentuk rumah dan toko itu menjadi latar tersendiri bagi mereka yang gemar berfoto. Ikon itu menjadi penambah semangat warga. Menikmati mi sembari berfoto di warung makan Mi Cek Baha.
Nama warung makan diambil dari nama pemiliknya Baharuddin (50) asal Desa Lampoh Asan, Kecamatan Pidie, Kabupaten Pidie.
Sejak 30 tahun lalu, Cek Baha membuka warung di lokasi itu. Selalu konsisten menggunakan arang sebagai bahan bakar untuk memasak. Tidak pernah terpikir menggantikan dengan gas.
“Aroma arang menjadi khas tersendiri kami,” kata Budiawan (35) pekerja warung Cek Baha.
Baca juga: Resep Rujak Aceh, Dessert Tradisonal Segar Nol Kolesterol
Saat ini, Cek Baha juga membuka warung lainnya terletak di Desa Lampoh Asan, Kecamatan Pidie. “Awalnya, Cek Baha buka di Keunire. Baru pindah ke bundaran Aneuk Mulieng, dan sekarang sudah buka satu lagi di Lampoh Asan,” terang Budiawan.
Suasana sore dengan angin segar menjadi penambah semangat. Namun, karena letaknya berada di sisi lintas nasional, klakson motor dan mobil menjadi hiburan tersendiri.
Saat ini, Cek Baha menyediakan mi udang, kepiting, dan cumi-cumi. Mi kepiting dihargai Rp 45.000 per porsi.
Baca juga: Cerita Warkop Legendaris di Aceh, Eksis sejak 1974
Soal rasa, Budiawan, memastikan bumbu diracik langsung oleh Cek Baha. Sehingga, tidak ada perubahan rasa, walau bukan Cek Baha yang menjadi koki di lokasi itu.
“Untuk pengunjung datang dari Bireuen, Banda Aceh, Aceh Tengah dan Medan. Mereka biasa, wisatawan atau warga yang melintas. Singgah untuk menikmati mi,” katanya.
Untuk rasa, mi kepiting misalnya, sungguh nikmat. Rasa pedas dari cabai rawit sungguh terasa dan segar di tenggorokan. Selain itu, bumbu masuk dan meresap ke daging kepiting.
Salah seorang pelanggan, Ayi Jufridar, menyebutkan, jika melintas di Kabupaten Pidie, lokasi itu menjadi pilihannya untuk beristirahat sekaligus menyantap mi.
“Boleh pakai mi Aceh atau mi instan. Dua-duanya menurut saya enak dan gurih,” terang Ayi.
Jika Anda melintas di jalur ini, nah, silakan menikmati pemandangan senja di tugu yang tersohor sembari mencicipi Mi Cek Baha yang melegenda.
Baca juga:
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.View this post on Instagram