Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Panduan Lengkap Olah Protein Hewani untuk MPASI, Cegah Stunting

Kompas.com - 10/09/2022, 17:04 WIB
Yuharrani Aisyah

Penulis

KOMPAS.comStunting adalah kondisi malnutrisi atau kekurangan nutrisi kronis dalam jangka waktu lama dengan dilihat dari tinggi badan anak menurut usianya, seperti disampaikan oleh ahli gizi Leona Victoria, BSc, MND.

Dokter Spesialis Anak dan Konsultan Gastrohepatologi di RSIA Bunda Jakarta dan RSAB Harapan Kita DR. Dr. Ariani Dewi Widodo, Sp.A(K) menambahkan bahwa kekurangan gizi kronis tersebut terjadi pada 1.000 hari pertama kehidupan.

Menurut Buku Saku Hasil Studi Status Gizi Indonesia (SSGI) Tingkat Nasional, Provinsi, Kabupaten/Kota Tahun 2021, prevalensi stunting di Indonesia sebesar 24,4 persen.

Angka tersebut menurun dibandingkan prevalensi stunting pada 2019 sebesar 27,7 persen.

Namun, angka 24,4 persen masih termasuk tinggi karena menurut standar WHO status gizi berkategori baik mempunyai prevalensi stunting di bawah 20 persen.

Sementara itu, pemerintah Indonesia menggalakkan Percepatan Penurunan Stunting sesuai Perpres nomor 72 tahun 2021. Pemerintah menargetkan prevalensi stunting di Indonesia turun hingga 14 persen pada 2024.

Protein hewani merupakan salah satu nutrisi yang harus dipenuhi untuk mencegah stunting.

"Protein hewani lebih diutamakan untuk pencegahan stunting karena biasanya lebih tinggi kalori, lebih tinggi zat besi dan jenis zat besinya juga mudah diserap tubuh," jelas ahli gizi Leona Victoria, BSc, MND ketika dihubungi Kompas.com pada Kamis (1/9/2022).

Namun, menurut Kepala Divisi Teknologi Hasil Ternak DIPTP-Fakultas Peternakan IPB Dr. Ir. Epi Taufik, SPt, MVPH, M.Si, IPM, konsumsi protein hewani atau pangan hewani di Indonesia masih kurang.

Sesuai skor Pola Pangan Harapan (PPH) 2021, persentase konsumsi pangan hewani masyarakat Indonesia sebesar 11,6 persen.

Angka tersebut cukup rendah dibandingkan dengan konsumsi padi-padian sebesar 60,1 persen.

"Ada korelasi antara konsumsi protein hewani khususnya susu dengan kualitas Sumber Daya Manusia, termasuk angka stunting," ujar Epi saat acara "Kemitraan Sapi Perah Greenfields (KSG): Wujud Komitmen Kuat Greenfields Bertumbuh dan Berkembang Bersama Para Peternak Rakyat" secara online pada Rabu (31/8/2022).

Sehingga protein hewani sebaiknya diberikan kepada anak dengan takaran yang cukup terutama dengan menyertakan bahan tersebut dalam MPASI.

Baca juga:

Ilustrasi MPASI untuk bayi dengan bahan sayuran dan protein yang dikukus. Dok. Shutterstock/ HappyChildren Ilustrasi MPASI untuk bayi dengan bahan sayuran dan protein yang dikukus.

Porsi MPASI dan penggunaan protein hewani

Menurut Ariani, nutrisi yang harus dikonsumsi anak pertama-tama adalah ASI ekslusif setidaknya pada enam bulan pertama. Selanjutnya pemberian MPASI yang harus memadai.

"Sumber utama yang memang dibutuhkan sebetulnya karbohidrat, protein, dan lemak. Protein merupakan salah satu yang penting. Protein hewani itu memang benar bisa mencegah stunting kalau cukup," ucap Ariani saat dihubungi Kompas.com melalui sambungan telepon pada Jumat (9/9/2022).

Ariani menyebutkan beberapa jenis protein hewani yang dianjurkan yaitu daging ayam, daging sapi, ikan, telur, dan susu.

Leona menerangkan bahwa terdapat panduan takaran MPASI sesuai dengan buku saku MPASI dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) dan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), seperti ini:

  • Usia 6 bulan: dimulai dari 3-6 sendok makan bubur, 6 sendok makan setara dengan 120 mililiter.
  • Usia di atas 1 tahun: 3/4 sampai 1 mangkuk atau sekitar 250 mililiter.

Pembuatan satu resep MPASI bisa dibagi untuk dua hingga tiga kali makan maupun dimasak tiap kali anak mau makan.

Disarankan untuk memasak dan menyimpan MPASI secara higienis. Segera simpan MPASI dalam wadah tertutup rapat.

Kemudian, hangatkan MPASI sebelum dimakan dengan suhu tengah makanan di atas 70 derajat celsius.

Baca juga:

Menurut Leona, protein hewani harus ditambahkan pada MPASI dengan jenis bervariasi. Takaran protein hewani untuk usia MPASI yang disarankan adalah sebagai berikut:

  • 6-8 bulan: 60-80 gram
  • 9-11 bulan: 70-120 gram
  • 1 tahun ke atas: 100-200 gram

Takaran protein hewani tersebut berbeda-beda tergantung pada jenisnya.

"Biasanya protein energy ratio yang disarankan 15 persen. Takarannya 0,9 sampai satu gram per satu kilogram berat badan per hari. Itu sesuai dengan anjuran WHO," ujar Ariani.

Ariani menyarankan agar kita dapat mengetahui konversi jumlah protein pada protein hewani, misalnya seperti ini:

  • 1 ons daging ayam atau daging sapi mengandung 8 gram protein
  • 1/2 cup susu mengandung 4 gram protein
  • 1/2 butir telur mengandung 4 gram protein

Selain protein hewani, dalam satu resep MPASI juga mengandung karbohidrat. Takaran nasi yang disarankan Leona yaitu:

  • Usia 6-8 bulan: 50-80 gram
  • 1 tahun ke atas: 140-200 gram

Dapat pula menggunakan umbi atau jagung dengan takaran 1,5 kali lebih banyak dari nasi.

"Sayur dan buah tidak dihitung sebagai sumber kalori karena tidak di-highlight dalam program menu lengkap, jika mau ada boleh sebagai tambahan," ungkap Leona.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com