Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tantangan Mengenalkan Tempe Sebagai Superfood di Dalam dan Luar Negeri

Kompas.com - 19/05/2021, 20:06 WIB
Krisda Tiofani,
Silvita Agmasari

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Tempe Movement, gerakan yang bertujuan untuk memberikan akses kepada lebih banyak orang tentang sumber makanan bergizi, ramah lingkungan, dan terjangkau.

Gerakan ini bermula dari Bapak Teknologi Pangan Indonesia, Prof. Florentinus Gregorius Winarno, anaknya Wida Winarno dan cucunya Amadeus Driando Ahnan-Winarno.

"Prinsip keluarga adalah Tempe Movement ini merupakan sarana untuk berbuat baik yang menyenangkan," kata Driando dihubungi Kompas.com, Rabu (19/5/2021). 

Secara umum, Tempe Movement ini menggunakan banyak cara untuk mengenalkan tempe sebagai makanan yang luar biasa (superfood) agar masyarakat tertarik dan tidak bosan.

"Prinsipnya adalah lakukan yang apa yang kita sendiri juga enggak bosan, kalau kita bosan bagaimana dengan orang lain?" kata Driando.

Baca juga: Tempe Movement, Upaya 3 Generasi Kenalkan Tempe Sebagai Superfood

Tempe Movement di Indonesia mengalami tantangan untuk mengubah mindset masyarakat Indonesia tentang tempe.

"Ada stigma mungkin dari istilah 'mental tempe' bisa menjadi bangsa tempe gitu ya," jelas Driando. 

Sampai saat ini ia merasakan ada batasan tempe sebagai makanan superfood di Indonesia. 

Sementara di luar negeri, menurut Driando banyak orang yang belum tahu tentang tempe, kecuali orang yang menerapkan gaya hidup vegan dan vegetarian.

"Tapi saat kita mengedukasi tentang tempe, mereka langsung memahami bahwa ini (tempe) sangat relevan dengan gaya hidup masa kini karena lebih peduli lingkungan," tutur Driando.

Oleh karena itu ia menyebutkan, cara memperkenalkan tempe ke luar negeri adalah dengan menggunakan hal yang paling dekat dengan gaya kehidupan di negara barat.

Baca juga: Resep Kering Kentang Tempe Manis, Lauk Kering Tahan Lama

Salah satu contohnya adalah membuat patty burger dari tempe.

Tantangan lainnya adalah pembentukan format gerakan atau movement.

Usai konferensi ilmiah tentang tempe berakhir, format pembentukan wadah untuk mengenalkan tempe kepada dunia perlu beberapa pertimbangan.

"Kita ingin bentuknya berstruktur, bukan movement, terorganisir, sistem keanggotaan yang rapi. Tapi waktu itu kita mikir kok jadi kayak kurang semangat ya ngerjainnya," kata Driando.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com