Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Lewat Kurikulum Merdeka, Kemendikbud Bisa Lahirkan Generasi Unggul

Kompas.com - 08/08/2023, 14:33 WIB
Dian Ihsan

Penulis

KOMPAS.com - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbud Ristek) tengah mentransformasi sistem pendidikan untuk melahirkan generasi unggul yang siap beradaptasi dengan pesatnya perkembangan zaman dan teknologi.

Kurikulum Merdeka merupakan sarana bagi pemerintah untuk mencapai target tersebut. Saat ini tercatat, sudah lebih dari 250.000 satuan pendidikan secara sukarela mengimplementasikan Kurikulum Merdeka di sekolahnya.

Baca juga: Menteri Nadiem: Kekerasan di Satuan Pendidikan Sudah Jadi Pandemi

"Kurikulum Merdeka akan menghasilkan pembelajar sepanjang hayat. Itu kata kunci yang menggambarkan tujuan kita ke depannya dan menghadapi perubahan yang sangat luar biasa," ucap Kepala Badan Standar, Kurikulum, dan Asesmen Pendidikan (BSKAP) Kemendikbud Ristek, Anindito Aditomo dalam keterangannya yang diterima Kompas.com, Selasa (8/8/2023).

Pria yang akrab disapa Nino ini mengaku, perkembangan kecerdasan buatan (artificial intelligence) sangat luar biasa. Agar bisa beradaptasi dengan perubahan, para generasi muda harus dibekali dengan kemauan dan kemampuan untuk terus belajar.

Dalam konteks ini, pelajar tidak hanya mempelajari hal-hal baru.

"Tetapi unlearning juga, jadi membongkar apa yang sudah ada dalam pemahaman kita. Kita harus mempertimbangkan ulang apa yang diyakini," jelas dia.

Upaya Kurikulum Merdeka untuk melahirkan pelajar Indonesia sebagai pembelajar sepanjang hayat terdapat dalam Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).

Dalam Profil Pelajar Pancasila memiliki 6 Kemampuan, Karakter dan Kompetensi utama.

"Profil Pelajar Pancasila itu sebenarnya adalah skill set, karakter, serta kompetensi yang diperlukan untuk seseorang menjadi pelajar sepanjang hayat," ungkap dia.

Dalam tahapan implementasi, P5 akan menggunakan pendekatan pembelajaran berbasis projek (project based learning).

Pendekatan ini berbeda dengan pembelajaran berbasis projek pada program intrakurikuler di dalam kelas. Esensi pertama dari project based learning adalah kemampuan untuk merumuskan masalah.

Baca juga: Pendaftaran Kedokteran Unesa Masih Buka, Cek Besaran Uang Pangkalnya

"Langkah pertama dalam semua project based learning adalah mendefinisikan terlebih dahulu masalah apa yang mau kita pecahkan. Ini adalah kemampuan yang sangat penting," tutur Nino.

Selain itu, project-based learning ini tentang sebuah proses yang menempatkan pelajar untuk bekerja sama dengan orang lain. Situasi tersebut akan mengasah kemampuan pelajar Indonesia untuk bekerja sama dan berkolaborasi.

"Jadi itu esensinya dari project-based learning, merumuskan masalah dan pertanyaan. Kemudian, mengalami prosesnya dan belajar untuk mengelola diri dari proses itu," ujar Nino.

Ketua Kelompok Kerja Implementasi Kurikulum Merdeka Persatuan Guru Nahdlatul Ulama HM Faojin mengatakan, Kurikulum Merdeka relevan dengan kebutuhan pendidikan saat ini sehingga implementasinya harus lebih masif.

Kurikulum Merdeka juga memberikan keleluasaan bagi para guru untuk memberikan pembelajaran kepada para murid yang disesuaikan dengan ciri khas peserta didik serta sumber daya lingkungan sekolah/madrasah.

"Sekaligus para guru tidak sebatas menyelesaikan kurikulum, namun berekspresi secara elegan dalam mengembangkan kompetensi siswa," tutup Faojin.

Baca juga: Menteri Nadiem: Kekerasan di Satuan Pendidikan Sudah Jadi Pandemi

Informasi lebih lanjut mengenai Kurikulum Merdeka dapat diakses pada laman kurikulum.kemdikbud.go.id.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com