Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen ITB: Metode Geolistik untuk Penanggulangan Krisis Air Bersih

Kompas.com - 10/10/2022, 15:54 WIB
Albertus Adit

Penulis

KOMPAS.com - Seluruh makhluk hidup di bumi membutuhkan air. Tak terkecuali manusia yang selalu bergantung pada air.

Air sendiri mengalir dari ketinggian ke Daerah Aliran Sungai (DAS), kemudian berlanjut ke sungai, waduk, maupun laut.

Umumnya, air yang dibawa ke DAS terindikasi mengandung polutan dan zat kimia berbahaya lainnya.

Kondisi sedimentasi sungai juga diduga dapat menyebabkan pencemaran berupa sampah atau lumpur yang terkontaminasi limbah tercemar lainnya.

Baca juga: Karya Tulis Mahasiswa ITB dan ITS Juarai Writing Competition Djarum Beasiswa Plus

Akibatnya, disfungsi aliran air pun terjadi sehingga meningkatkan risiko banjir dan pengurangan persediaan air bersih.

Dosen Teknik Geofisika Institut Teknologi Bandung (ITB), Dr.rer.nat. Widodo, S.T., M.T., mengatakan, suplai air bersih memegang peran penting dalam menjaga kesehatan masyarakat.

Pasalnya, sebagian besar kebutuhannya dipenuhi oleh air tanah yang secara geologis, memerlukan waktu ribuan sampai jutaan tahun dalam proses pembentukannya.

"Dengan kondisi tersebut, air dapat dikategorikan sebagai sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui dan menjadi sangat esensial jika dibandingkan dengan siklus kehidupan manusia," ujarnya dikutip dari laman ITB, Jumat (7/10/2022).

Kekeringan di Tuban

Terkait bencana kekeringan di Tuban Jawa Timur, secara geologis, daerah Tuban didominasi oleh pegunungan kapur dan beriklim kering 94,73 persen. Desa Grabagan adalah salah satu desa yang mengalami dampak kekeringan.

Bahkan, sebagian dari total 10.492 penduduknya, sampai terdampak krisis air bersih, terutama di wilayah Dusun Klampeyan yang masih bergantung pada suplai tangki keliling.

Suplai dari perusahaan air minum pun masih sangat minim mengingat karena hanya mengalir sekali dengan debit yang kecil.

Baca juga: 24 Universitas Terbaik di Bandung 2022, ITB dan UPI Peringkat Berapa?

Karenanya, untuk menanggulanginya, penemuan akan sumber air bersih dengan memanfaatkan teknologi geofisika sangatlah diperlukan.

Teknologi tersebut dapat menemukan letak dari lapisan akuifer air tanah berdasarkan sifat fisik batuan. Setelah ditemukan, tahapan eksploitasi atau pengeboran dapat dilakukan untuk menghasilkan air tanah.

Lewat Program Pengabdian Masyarakat (PPM) LPPM ITB, sivitas akademika ITB diberikan kesempatan untuk berkontribusi dalam menjawab permasalahan krisis air bersih di wilayah tersebut.

PPM dilaksanakan selama kurang lebih enam bulan pada 2021 di daerah rawan air Tuban dengan diketuai Dr.rer.nat Widodo.

Halaman:


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com