KOMPAS.com - Penggunaan gas air mata oleh pihak kepolisian pada peristiwa kanjuruhan menuai banyak kritik. Itu karena, penggunaan gas air mata untuk mengendalikan massa dilarang oleh FIFA.
Pakar Paru Fakultas Kedokteran (FK) Unair, Dr. Isnin Anang Marhana menjelaskan dampak gas air mata bagi tubuh manusia.
Baca juga: 5 Negara yang Penduduknya Paling Malas di Dunia, Indonesia Nomor 1
Menurut dia, gas air mata mengandung Chloroacetophenone (CN) dan Chlorobenzylidene malononitrile (CS) yang bertujuan melumpuhkan seseorang.
Kemampuan melumpuhkan manusia itu dikarenakan sifat gas air mata yang iritatif dan inflamatif.
"Contohnya adalah ketika kena mata itu langsung berair, hiper lakrimasi. Berair matanya, pedih, pedas. Sehingga tidak bisa beraktivitas normal dan mudah dilumpuhkan," ucap dia dalam keterangannya, Senin (10/10/2022).
Dr. Isnin mengungkapkan, gas air mata dapat memengaruhi kulit, mata, saluran pernapasan, pencernaan, tenggorokan, hingga psikologis seseorang.
Gejala yang mungkin terjadi adalah kulit terasa seperti tersengat, muncul gejala seperti flu, mual, muntah, serta batuk.
"Dada juga akan terasa sesak karena mukosa-mukosa saluran pernapasan mengalami pembengkakan atau inflamasi," ungkap dia.
Menurut literatur yang dirujuk dirinya, efek gas air mata bersifat sementara. Yakni, setelah 20 menit efeknya akan berkurang drastis.
Baca juga: Dosen Unair: Ini 4 Ciri Orang Punya Kesehatan Mental yang Baik
Adapun dampak bagi psikologis yaitu ansietas atau distress psikologi.
"Ketika dilemparkan, dia kaget beserta panik yang berlebihan. Sehingga mereka tidak berpikir dengan jernih, ngikut aja orang-orang lari. Akhirnya ya berdesak-desakan itu," tutur dia.
Kemudian, dia menjelaskan apabila mendapati asap gas air mata, segera menuju tempat dengan aliran udara yang bagus.
Dan jika merasa terpapar olehnya, dapat menggunakan handuk basah kemudian diusap pada bagian tubuh yang terpapar.
"Kita lap dulu itu supaya konsentrasinya yang nempel berkurang. Setelah itu baru kita bilas dengan air," jelas dia.
Dr. Isnin juga menerangkan orang yang memiliki riwayat gangguan pernapasan akan lebih terdampak oleh gas air mata.
Maka dari itu, setiap individu harus mengenali kondisi paru-paru kita dengan baik.
Baca juga: 7 Tips Sukses Wawancara Beasiswa dari Dosen UM Surabaya
"Misalnya dia ada riwayat asma. Atau waktu-waktu tertentu dia jadi mudah sesak seperti pada pagi hari, malam hari, hujan, dingin, berdebu. Atau pada kondisi dia cemas itu dia bisa sesak," tukas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.