Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Peneliti IPB Inovasi Garam bagi Penderita Hipertensi

Kompas.com - 10/10/2022, 13:17 WIB
Albertus Adit

Penulis

Sumber ipb.ac.id

KOMPAS.com - Salah satu peneliti dan dosen IPB University dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Prof. Nurjanah membuat inovasi garam bagi penderita hipertensi.

Namanya garam Gamy yang terbuat dari rumput laut. Menurutnya, garam ini berbeda dengan garam pada umumnya yang murni mengandung minimum 94 persen natrium klorida.

Sebab, Garam Gamy termasuk kategori garam diet yang cocok dikonsumsi untuk penderita hipertensi.

"Kandungan natriumnya relatif lebih rendah, kurang dari 50 persen," ujarnya dikutip dari laman IPB University dalam Basecamp (Bahasan Seputar Campus) oleh RRI Voice of Indonesia, (4/10/2022).

Baca juga: USU Inovasi Pengolahan Rempah Jadi Obat Tradisional

Punya cita rasa asin

Dikatakan, rasio natrium dan kaliumnya mendekati satu. Namun masih memiliki cita rasa yang tetap asin dan enak seperti garam pada umumnya.

Garam ini tidak menyebabkan hipertensi karena kadar natriumnya sebagian digantikan oleh kalium. Garam Gamy juga mengandung mineral seperti magnesium, zinc, besi, selenium, iodium dan unsur mineral lain yang dibutuhkan tubuh.

Tak hanya itu saja, garam Gamy juga mengandung komponen bioaktif, antioksidan (pigmen yang terdapat pada rumput laut).

"Selain memberikan cita rasa asin, juga terdapat rasa umami. Memberikan rasa enak dan gurih pada masakan. Jadi tidak sekedar sehat," jelasnya.

Adapun penelitian garam Gamy berjalan cukup panjang. Latar belakang inovasi ini berasal dari kekhawatiran akan meningkatnya pasien penderita hipertensi.

Hipertensi ini terjadi hampir pada semua status sosial mulai dari ekonomi rendah hingga tinggi. Salah satunya diakibatkan oleh pola konsumsi yang mengandung natrium tinggi.

Baca juga: Mahasiswa ITS Inovasi Printer 3D, Tingkat Keberhasilan Cetak 100 Persen

Dijelaskan, garam ini diproses dari rumput laut yang dihancurkan dan dibersihkan dari air laut. Kemudian dilarutkan dengan air tawar dan diuapkan.

Sebagian filtratnya masih terbawa pigmen dan serat, maka jadilah garam Gamy. "Penelitian ini sudah mulai sejak 2018 dan kini sudah berhasil dikomersialkan," katanya.

Meski demikian, dia mengalami kendala seharusnya produksi dilakukan di dekat pantai atau di atas kapal dekat tempat panen rumput laut.

Saat ini jarak tempat panen ke tempat produksi cukup jauh sehingga berdampak pada tingginya biaya produksi. Menurutnya, jika bisa diterapkan maka akan baik karena Indonesia kaya akan berbagai jenis rumput laut.

Bisa jadi sumber mineral tambahan

Ia mengatakan, Indonesia memiliki rumput laut berukuran besar atau makroalga dan sudah teridentifikasi 911 spesies. Namun hasil budidayanya tidak lebih dari tiga spesies yang sudah dikomersialkan.

"Maka dari itu kami membuat inovasi dengan memanfaatkan spesies rumput laut yang tidak pernah dikomersialkan yakni rumput laut hijau, coklat dan merah," jelasnya.

Dikatakan, garam ini bukan hanya sekedar dicampur dan ditabur pada berbagai makanan namun dapat dijadikan sumber mineral tambahan. Selain bagi penderita hipertensi, dapat dikonsumsi juga oleh orang yang kekurangan serat.

Selain garamnya, tambahnya, residu garam bisa dimanfaatkan sebagai sumber serat. Misalnya sebagai toping berbagai produk.

Baca juga: Mahasiswa ITB Inovasi Prototipe Penjernih Air

Keunggulan lain ialah garam ini dinilai baik untuk mencegah stunting ataupun penyakit degeneratif. Terutama bagi mencegah kanker usus, karena dapat menjadi sumber serat yang sangat baik bagi kesehatan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com