Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Produsen Minyak Mentah, Kenapa Indonesia Masih Impor BBM dari Singapura?

Kompas.com - 28/05/2022, 08:15 WIB
Muhamad Syahrial

Penulis

KOMPAS.com - Setiap tahun, Indonesia selalu impor bahan bakar minyak (BBM) dari Singapura, negara yang hampir tidak memiliki sumber daya alam.

Selain menguras devisa negara, impor BBM juga membuat Indonesia kerap mengalami defisit perdagangan dengan Singapura.

Mirisnya, BBM yang diimpor dari Singapura merupakan minyak yang berasal dari sumur-sumur yang ada di Indonesia.

Banyak Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) atau para perusahaan pengeboran minyak di Indonesia menjual minyaknya ke Singapura.

Alasannya, kilang di Indonesia tak mampu menampung seluruh produksi minyak mentah Tanah Air.

Baca juga: Kehabisan BBM, Sri Lanka Tidak Bisa Impor karena Tak Punya Dolar

Meski luas Singapura tidak lebih luas dari DKI Jakarta, Singapura memang jauh lebih unggul dalam hal kepemilikan kilang minyak.

Meski sama sekali tak memiliki ladang minyak, namun Singapura berhasil menjadi salah satu produsen BBM terbesar dunia selama puluhan tahun karena memiliki beberapa kilang minyak besar.

Stok cadangan BBM yang dimiliki Singapura juga terbilang sangat besar untuk negara berukuran kecil.

Letak Singapura yang strategis dan kemudahan berinvestasi dan perizinan juga jadi alasan banyak perusahaan minyak multinasional menempatkan kilang minyak miliknya di negara tersebut.

Dilansir data yang dirilis lembaga informasi energi milik pemerintah Amerika Serikat (AS), Energy Information Administration (IEA), kapasitas kilang minyak di Singapura mencapai 1,4 juta barel per hari.

Baca juga: Daftar Harga BBM di SPBU Shell Terbaru

Setidaknya, ada 3 kilang minyak besar yang beroperasi di Singapura, ketiganya yakni Shell Pulau Bukom Refinery dengan kapasitas 500.000 barel per hari, ExxonMobil Jurong Island Refinery dengan kapasitas 605.000 barel per hari, dan SRC Jurong Island Refinery berkapasitas 290.000 barel per hari.

Dengan kapasitas sebesar itu, Singapura mampu mengolah minyak bumi yang diimpor dari Asia Tenggara dan Timur Tengah untuk diolah menjadi BBM siap ekspor.

Populasi penduduk Singapura juga tercatat hanya 5,7 juta jiwa, sehingga konsumsi BBM domestiknya relatif sangat kecil.

Bandingkan dengan Indonesia yang populasi penduduknya sekitar 260 juta dengan konsumsi BBM 1,4 juta barel per hari, sedangkan kapasitas pengolahan minyak di kilang Pertamina hanya sebesar 1,1 juta barel per hari.

Kondisi ini yang menyebabkan impor minyak sangat membebani neraca perdagangan Indonesia.

Baca juga: Bolak-balik Isi BBM Pasti Ketahuan, Pertamina Catat Pelat Kendaraan

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terpopuler

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com