Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Merunut Hubungan Iran dan Israel, Dulu Kawan, Kini Menjadi Lawan

Kompas.com - 15/04/2024, 07:00 WIB
Erwina Rachmi Puspapertiwi,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Iran melancarkan serangan ke wilayah Israel menggunakan drone dan rudal balistik pada Sabtu (13/4/2024) malam.

Serangan langsung Iran ke wilayah Israel ini menjadi yang pertama, meskipun keduanya bermusuhan selama beberapa dekade sejak 1979.

Ini merupakan respons atas serangan Israel yang menyasar kantor konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024.

Faktanya, sebelum bermusuhan, Iran dan Israel pernah menjalin hubungan kerja sama yang erat dalam berbagai bidang.

Lantas, bagaimana sejarah hubungan Iran dan Israel?

Baca juga: Kenapa Iran Menyerang Israel? Berikut Alasannya


Sejarah hubungan baik Iran dan Israel

Iran menjalin hubungan diplomasi yang baik dengan Israel di bawah kekuasaan Keluarga Pahlavi yang memerintah dari 1925 hingga digulingkan pada Revolusi 1979.

Saat itu, Iran menjadi salah satu negara dari 11 anggota komite khusus Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB) untuk merancang solusi bagi Palestina, usai Inggris berhenti menguasai negara tersebut.

Iran menentang rencana pembagian tanah Palestina dengan Israel, karena khawatir akan meningkatkan kekerasan pada generasi mendatang.

“Iran, bersama India dan Yugoslavia mengajukan rencana alternatif, solusi federatif yaitu mempertahankan Palestina sebagai satu negara dengan satu parlemen tetapi dibagi menjadi wilayah Arab dan Yahudi,” kata sejarawan Oxford University, Eirik Kvindesland, diberitakan Al Jazeera.

“Itu adalah kompromi Iran untuk mencoba menjaga hubungan positif dengan negara-negara Barat yang pro-Zionis dan gerakan Zionis itu sendiri, dan juga dengan negara-negara tetangga Arab dan Muslim," lanjutnya.

Di bawah pemerintahan Raja Shah Mohammad Reza Pahlavi, Iran kemudian menjadi negara mayoritas Muslim kedua yang mengakui Israel sebagai negara setelah berdiri pada 1948, setelah Turkiye.

Selain itu, Israel kemudian menjalin hubungan dengan negara-negara non-Arab, termasuk menjalin hubungan kerja sama militer dan keamanan dengan Iran.

Baca juga: Respons Pemimpin Dunia atas Serangan Iran ke Wilayah Israel

Kerja sama Iran dan Israel

Mohammad Reza Shah Pahlavi, raja terakhir Iran. [Via Wikimedia Commons]Via Wikimedia Commons Mohammad Reza Shah Pahlavi, raja terakhir Iran. [Via Wikimedia Commons]

Tindakan tersebut membuat pasukan gerilyawan yang menentang Shah menjalin hubungan dengan Yordania, Lebanon, dan Palestina untuk melawan sang raja.

Hubungan Iran dan Israel hampir berubah ketika Mohammad Mosaddegh menjadi perdana menteri Iran pada 1951.

Dia mempelopori nasionalisasi industri minyak yang dimonopoli oleh Inggris.

Untuk itu, Mosaddegh memutuskan hubungan dengan Israel yang menurutnya melayani kepentingan negara-negara Barat, termasuk Inggris.

Namun, pemerintahan Mosaddegh digulingkan dalam kudeta yang diorganisir badan intelijen Inggris dan Amerika Serikat pada 1953. Kudeta tersebut mengangkat kembali Shah.

Baca juga: Angkatan Udara Yordania Tembak Jatuh Drone Iran Sebelum ke Israel

Shah lalu menjadi sekutu terdekat Amerika Serikat, sekutu utama Israel. Kerja sama ekonomi, politik, dan militer pun dilakukan dengan Israel.

Dikutip dari New Arab, Shah yang prihatin dengan kondisi itu lalu mendirikan salah satu badan intelijen terkenal dan brutal di Timur Tengah, SAVAK dengan bantuan dari dinas intelijen Israel, Mossad.

Dia juga menginisiasi perkembangan sistem rudal canggih sebagai pertahanan dan membuat perusahaan minyak untuk memenuhi kebutuhan ekonomi.

Israel bahkan mendirikan kedutaan de facto di Teheran, Iran. Keduanya lalu bertukar duta besar pada 1970-an. Hubungan perdagangan juga tumbuh dengan Iran menjadi penyedia minyak utama bagi Israel yang menyalurkannya ke Eropa.

Akibat kerja sama Iran dan Israel, timbul ketegangan dengan negara-negara Arab lainnya pada 1960 hingga 1970-an

Baca juga: Perbandingan Kekuatan Militer Iran vs Israel, Siapa Lebih Unggul?

Revolusi Iran ubah haluan negara

Mendiang Pemimpin Tertinggi Iran, Ruhollah Khomeini.Screengrab from YouTube Mendiang Pemimpin Tertinggi Iran, Ruhollah Khomeini.
Pada 1979, Shah digulingkan dalam sebuah revolusi. 

Sejak saat itu, Iran berubah menjadi Republik Islam Iran dan mengangjat Ayatollah Ruhollah Khomeini sebagai pemimpinnya.

Perubahan pemimpin membuat Iran berubah memperjuangkan Islam dan melawan AS, Israel, dan sekutunya.

Teheran memutuskan semua hubungan dengan Israel. Warganya tidak bisa melakukan perjalanan dan penerbangan ke sana. Kedutaan Israel di Teheran diubah menjadi kedutaan Palestina.

Iran diketahui membangun dan mendanai kelompok militer di Suriah, Irak, Lebanon, dan Yaman yang melawan Israel. 

Sifat dan tingkat dukungan Iran terhadap kelompok-kelompok ini pun dirahasiakan. Namun, para pejabat Iran secara konsisten menegaskan dukungan mereka terhadap Palestina.

“Beberapa tahun yang lalu, warga Palestina berperang (melawan Israel) dengan batu. Namun saat ini, alih-alih menggunakan batu, mereka dilengkapi dengan rudal presisi. Ini menandakan pembangunan," ujar Pemimpin tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei pada 2019 saat menerima pemimpin Hamas ke Iran.

Baca juga: Iran Serang Israel, Begini Respons Negara-negara Timur Tengah

Konflik Iran dan Israel saat ini

Saat ini, ketegangan antara Iran dan Israel masih terus berlangsung. Israel didukung AS kerap melancarkan serangan karena teknologi nuklir yang dimiliki Iran.

Diberitakan NPR, serangkaian serangan sabotase dilakukan sejak awal 2000-an hingga 2020-an dengan bentuk virus komputer dan perusakan fasilitas nuklir Iran. 

Iran bersikeras nuklir yang dimiliki untuk tujuan damai. Namun, hal tersebut diragukan oleh pihak lawan.

Sebaliknya, Iran telah lama mendukung kelompok bersenjata di wilayah Timur Tengah yang menargetkan Israel dan militer AS, seperti Hizbullah di Lebanon, Hamas di Palestina, dan Houthi di Yaman.

Iran juga mendukung rezim Presiden Bashar Assad di Suriah. Tindakan ini diklaim Israel sebagai upaya penggunaan wilayah Suriah untuk mengirimkan senjata ke Hizbullah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang 'Jaka Sembung'

Lulusan SMK Sumbang Pengangguran Terbanyak, Menaker: Selama Ini Memang "Jaka Sembung"

Tren
Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Penelitian Ungkap Mikroplastik Sekarang Terdeteksi di Testis Manusia

Tren
Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Kuning Telur Direbus hingga Keabuan Disebut Tidak Sehat, Benarkah?

Tren
Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Presiden Iran Meninggal, Apa Pengaruhnya bagi Geopolitik Dunia?

Tren
Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tanda Seseorang Kemungkinan Psikopat, Salah Satunya dari Gerakan Kepala

Tren
5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

5 Pillihan Ikan untuk Usia 40 Tahun ke Atas, Bantu Tubuh Lebih Sehat

Tren
Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Apakah Masyarakat yang Tidak Memiliki NPWP Tak Perlu Membayar Pajak?

Tren
BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

BMKG: Inilah Wilayah yang Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 21-22 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

[POPULER TREN] Kasus Covid-19 di Singapura Naik Hampir Dua Kali Lipat | Ayah dan Anak Berlayar Menuju Tempat Terpencil di Dunia

Tren
Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Apa Perbedaan Presiden dan Pemimpin Tertinggi di Iran?

Tren
Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Jadwal dan Susunan Peringatan Waisak 2024 di Borobudur, Ada Festival Lampion

Tren
Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Berkaca dari Kasus Wanita Diteror Teman Sekolah di Surabaya, Apakah Stalker atau Penguntit Bisa Dipidana?

Tren
Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Studi Ungkap Obesitas pada Anak Bisa Kurangi Setengah Harapan Hidupnya

Tren
Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Presiden Iran Ebrahim Raisi Meninggal karena Kecelakaan Helikopter, Siapa Penggantinya?

Tren
Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Cara Menambahkan Alamat Rumah di Google Maps, Bisa lewat HP

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com