Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Puasa Menyebabkan Siklus Menstruasi Terganggu? Ini Penjelasan Dokter

Kompas.com - 02/04/2024, 13:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Unggahan warganet yang mempertanyakan apakah perubahan pola makan saat puasa bisa menyebabkan haid atau menstruasi terlambat, ramai di media sosial.

Unggahan tersebut diunggah oleh akun TikTok @xxxycbd pada Selasa (26/3/2024).

"Ngaruh ga sih ciwi" kalo lagi puasa pola makan dan kebiasaan kita jadi bikin telat haid," tulis pengunggah.

Beberapa warganet yang melihat unggahan tersebut turut berkomentar dan mengatakan hal serupa, terkait dengan waktu menstruasinya yang telat di bulan puasa ini.

"Ternyata telat haid massal yaaaa," tulis akun @mimah.mima.

"Dan ternyata aku gakk sendiri, ngaruh banget ya kalo lagi puasa telat haid soalnya gak minum kan," tulis akun @nndajni.

Hingga Selasa (2/4/2024) pagi, unggahan tersebut sudah dilihat sebanyak 1,8 juta kali dan mendapatkan lebih dari 6.800 komentar dari warganet.

Lantas, benarkah puasa memengaruhi siklus menstruasi?

Baca juga: Belum Mandi Junub Setelah Haid, Bolehkah Langsung Ikut Berpuasa?

Penjelasan dokter

Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi (Obgyn) sekaligus Dekan Fakultas Kedokteran Uhamka, Wawang Sukarya membenarkan bahwa siklus menstruasi wanita dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor, salah satunya adalah pola makan.

Perubahan pola makan, baik itu berlebih atau kurang makan dapat menyebabkan terganggunya siklus menstruasi.

"Yang bisa memengaruhi siklus haid adalah berat badannya," ujarnya saat dihubungi Kompas.com, Senin (1/4/2024).

Wawang menambahkan, kekurangan berat badan (underweight) dan kelebihan berat badan (obesitas) bisa memengaruhi pola haid.

"Pola makan bisa memengaruhi berat badan, sedangkan berat badan bisa memengaruhi siklus haid," imbuhnya.

Meski demikian, ia menyampaikan bahwa hal tersebut masih tergolong normal. Sebab, kisaran haid normal berada di 21-35 hari.

Selain itu, pola makan bukanlah satu-satunya faktor penyebab wanita telat menstruasi. Beberapa faktor lain yang juga berperan yakni stres, siklus tidur yang berantakan atau suka begadang, dan beberapa kondisi lainnya.

Baca juga: Benarkah Stres Bisa Membuat Menstruasi Dua Kali Sebulan? Ini Kata Dokter

Memengaruhi hormon

Puasa bisa memengaruhi hormon yang akhirnya bisa memengaruhi siklus menstruasi.PEXELS/POLINA ZIMMERMAN Puasa bisa memengaruhi hormon yang akhirnya bisa memengaruhi siklus menstruasi.
Sementara itu, dokter kandungan di RSIA Anugerah Semarang Indra Adi Susianto mengatakan, perubahan jam makan dan pola malan saat puasa dapat memiliki pengaruh yang besar terhadap siklus menstruasi, terutama terhadap hormon estrogen dan progesteron. 

“Sebab, pada saat puasa, kita secara tidak langsung membatasi asupan kalori, karbohidrat, lemak, gula, garam dan air yang dapat mengakibatkan menstruasi terlewat atau tidak teratur,” ujarnya, terpisah.

“Sama halnya saat tidak puasa tetapi pola makan kita saat itu sangat tidak sehat sehingga dapat menyebabkan gangguan mood menjelang menstruasi atau PMS. Hal itu terjadi karena adanya dominasi estrogen,” sambungnya.

Indra mengungkapkan, wanita yang mengalami gangguan haid akibat obesitas, maka pola makan harus diatur dengan komposisi kadar gizi yang seimbang.

Sehingga, selain menurunkan berat badan, hal tersebut juga dapat mengurangi gejala PMS, membantu siklus menjadi lebih teratur, dan darah menstruasi tidak terlalu banyak.

“Perubahan perilaku ini terjadi akibat  perubahan sekresi hormonal karena selama hari-hari puasa Ramadhan,” tutur Indra.

Ia menjelaskan, homeostasis glukosa dipertahankan melalui makanan yang dikonsumsi sebelum fajar (sebelum Matahari terbit), dan oleh penyimpanan glikogen hati terjadi perubahan selama fase luteal dari siklus menstruasi.

Baca juga: Ramai soal Pil KB untuk Melancarkan Siklus Haid pada Remaja, Ini Penjelasan Dokter

Haid akan kembali normal

Hal tersebut juga didukung oleh penelitian tahun 2013 berjudul "Apakah puasa Ramadhan berpengaruh pada siklus menstruasi?" yang dimuat dalam National Centre for Biotechnology Information.

Hasil penelitian menemukan, sebanyak 11,3 persen, 30 persen, dan 16,3 persen peserta memiliki pola menstruasi yang tidak normal dalam tiga bulan sebelum dan selama puasa, dan tiga bulan setelah Ramadhan.

Peserta yang berpuasa lebih dari 15 hari memiliki periode menstruasi yang tidak normal dibandingkan dengan peserta yang puasa kurang dari 15 hari.

Peneliti menyimpulkan, kelainan menstruasi selama bulan Ramadhan akan mencapai puncaknya, kemudian tiga bulan setelah Ramadhan berangsur-angsur berkurang dan kembali ke kondisi normal.

Selain itu, studi tersebut juga menegaskan bahwa kelainan menstruasi seperti oligomenore, polimenorea, dan hipermenorea meningkat selama Ramadhan, terutama dalam partisipan yang puasa lebih dari 15 hari. 

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com