Sistem ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level
jet) di Samudra Hindia selatan Jawa-NTT, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di sekitar bibit siklon tropis tersebut.
Selain itu, bibit siklon tropis ini juga membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin yang memanjang dari Samudra Hindia barat Sumatera hingga perairan selatan Banten dan dari Bengkulu hingga Lampung.
Selain itu, adanya Bibit Siklon Tropis 94S yang terpantau di Laut Arafuru bagian selatan juga memengaruhi kondisi cuaca ekstrem di Indonesia.
Bibit Siklon Tropis 94S itu memiliki kecepatan angin maksimum 30 knot dan tekanan
udara 998 hPa serta bergerak ke arah tenggara.
Potensi sistem untuk menjadi siklon tropis dalam 24 jam ke depan dalam kategori tinggi.
Sistem ini menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level jet) di Jawa Tengah, Jawa Timur, DIY, perairan selatan Jawa-NTT, Laut Arafuru, dan Laut Banda, yang mampu meningkatkan tinggi gelombang di sekitar bibit siklon tropis tersebut.
Selain itu, bibit siklon tropis ini juga membentuk daerah perlambatan kecepatan angin (konvergensi) dan pertemuan angin yang memanjang di NTT bagian barat.
Daerah konvergensi lainnya terpantau memanjang di Semenanjung Malaysia, di Aceh, di Kepulauan Bangka Belitung, dari Kalimantan Utara hingga Kalimantan Barat, di Sulawesi bagian tengah, di utara Maluku Utara dan di Papua.
"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi tersebut," pungkas BMKG.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.