Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BMKG: 3 Bibit Siklon Tropis Terdeteksi, Ini Dampaknya bagi Indonesia

Kompas.com - 15/03/2024, 13:30 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Rizal Setyo Nugroho

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mendeteksi tiga bibit siklon tropis di sekitar wilayah Indonesia pada Maret 2024, yakni 91S, 94S, dan 93P.

Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, tiga bibit siklon tropis tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan, kecepatan angin, dan ketinggian gelombang laut di sekitar wilayah siklon tropis.

"Selain akibat bibit siklon, aktivitas Madden Julian Oscillation (MJO) serta fenomena Gelombang Kelvin dan Rossby Equatorial juga berpengaruh terhadap peningkatan potensi cuaca ekstrem dalam beberapa hari ke depan," kata Dwikorita dalam keterangan resmi yang diterima Kompas.com, Jumat (15/3/2024).

Baca juga: Indonesia Masuk Musim Kemarau Maret 2024, Mengapa Masih Hujan?

Potensi bibit siklon tropis

Tiga bibit siklon tropis yang terdeteksi BMKG berada di sekitar Samudera Hindia selatan Jawa, Laut Timor, dan Laut Australia.

Ketiga bibit siklon tropis tersebut menunjukkan pengaruh terhadap wilayah Indonesia bagian selatan.

Berdasarkan analisis BMKG, bibit siklon tropis 91S mempunyai kecepatan angin maksimum 56-65 kilometer/jam.

Tekanan udara di pusat sistem tersebut mencapai 994 hPa dengan pergerakan ke arah tenggara dan peluang menjadi siklon tropis dalam 24 ke depan masuk kategori sedang-tinggi.

Sememtara itu, bibit siklon tropis 94S yang muncul bersamaan dengan 91S memiliki kecepatan angin maksimum 28-37 kilometer/jam dengan tekanan udara di pusat sistem sebesar 999,9 hPa.

Bibit siklon tropis 94S bergerak ke arah timur-tenggara dan peluang menjadi siklon tropis dalam 24 ke depan masuk kategori rendah.

Bibit siklon lainnya yang dideteksi BMKG adalah 93P yang mempunyai kecepatan angin maksimum 37-46 kilometer per jam, tekanan udara di pusat sistem mencapai 1003 hPa, dan bergerak ke arah tenggara.

Peluang bibit siklon tropis 93P menjadi siklon tropis masuk kategori rendah dalam 24 jam ke depan.

Baca juga: Beredar Citra Pulau Jawa Tampak Merah pada Akhir Februari, Ada Potensi Cuaca Panas?

Dampak bibit siklon tropis

Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menjelaskan, bibit siklon tropis 91S membentuk daerah perlambatan angin atau konvergensi.

Bibit siklon tersebut juga menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level jet) di Samudera Hindia selatan Jawa-NTB.

Selain itu, Guswanto juga menjelaskan, bibit siklon tropis 94S membentuk daerah konvergensi memanjang di Australia bagian utara.

Kemunculan bibit siklon tropis 94S turut menginduksi daerah peningkatan kecepatan angin lebih dari 25 knot (low level jet) dari Laut Banda dan Laut Timor hingga Australia bagian utara dan Samudera Hindia selatan NTT hingga Australia bagian utara.

BMKG juga menemukan daerah konvergensi lain yang memanjang dari Samudera Hindia barat Bengkulu hingga Banten dan selatan Laut Arafura.

"Kondisi tersebut mampu meningkatkan potensi pertumbuhan awan hujan di sekitar bibit siklon tropis dan di sepanjang daerah konvergensi/konfluensi/low level jet tersebut," jelas Guswanto kepada Kompas.com, Kamis (14/3/2024).

Baca juga: BMKG Deteksi Bibit Siklon Tropis 91S Saat Musim Pancaroba, Apa Dampaknya bagi Indonesia?

Halaman:

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com