Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Benarkah Tebar Benih Ikan Nila di Perairan Umum Berpotensi Invasif dan Musnahkan Ikan Lokal?

Kompas.com - 18/02/2024, 17:00 WIB
Diva Lufiana Putri,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

Salah satunya, teknik ginogenesis untuk menjantankan anak-anak nila karena ikan jantan lebih cepat tumbuh.

Ada pula teknik pembuatan varian-varian nila, termasuk nila "gift" (genetically improved farmed tilapia) yang sempat populer beberapa tahun lalu di Tanah Air.

"Semuanya bertujuan agar cepat tumbuh dan tidak cepat kawin-mawin," ungkapnya.

Baca juga: Ikan Laut Vs Ikan Air Tawar, Mana yang Lebih Bergizi?

Budidaya ikan nila harus terkontrol

Kemampuan reproduksi ikan nila pun luar biasa, karena jantan dan betina mudah kawin, bahkan mampu kawin silang dengan sesama genus, seperti ikan mujair atau Oreochromis mossambicus.

Namun, Mukhlis mengingatkan, budidaya ikan nila harus terkontrol dan sedapat mungkin dicegah untuk masuk ke perairan umum, seperti sungai dan danau.

Selama ikan ini tumbuh dan berkembang di perairan terkontrol dan tertutup, menurutnya tidak akan menjadi invasif yang merugikan ikan lokal.

"Namun saat ini, dan 2-3 dekade sebelumnya, konsep ini terlambat dipahami. Bahkan, kalau kita menebar ikan nila ke alam disebut restocking," ungkap Mukhlis.

Padahal, restocking adalah upaya melepaskan kembali anak-anak ikan lokal ke perairan, hasil budidaya dari induk-induk yang telah ditangkap sebelumnya.

Langkah ini juga dapat diartikan dengan penebaran benih ikan asli yang secara alami hidup di perairan umum tersebut.

Mukhlis menyebutkan, restocking yang bertujuan untuk melestarikan ikan ini telah dicontohkan oleh Pemprov DKI pada pertengahan Februari lalu, berupa pelepasan benih ikan tawes.

Kendati demikian, upaya tersebut tidak berlaku untuk penebaran benih ikan nila di tempat yang sama.

"Untuk ikan nila adalah introduksi, atau stocking hanya untuk meningkatkan biomassa dan stok ikan-ikan yang akan ditangkap di waduk," lanjutnya.

Baca juga: Telur Siput Warna Merah Muda Harus Dihancurkan, Apa Alasannya?

Ikan nila berpotensi invasif

Mukhlis menambahkan, ikan nila yang dilepas ke alam terbuka berpotensi invasif karena memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan ikan-ikan asli Indonesia.

Selain dapat beradaptasi dengan baik karena sama-sama hewan tropis, kemampuan tumbuh kembangnya pun sangat baik karena mampu bereproduksi dengan cepat.

Sama seperti kelompok ikan Cichlidae lain, nila memelihara anak-anaknya dalam mulut, sehingga kelangsungan hidup anakan cenderung tinggi.

"Ikan nila dapat makan apa saja, bisa tanaman atau hewan. Melalui kemampuannya ini, dapat dipastikan bila dalam suatu perairan, maka ikan-ikan asli akan kalah berkompetisi," papar Mukhlis.

Oleh karena itu, dia mengimbau agar ikan nila tidak dilepas ke perairan umum, termasuk sungai, danau, maupun waduk.

"Bila untuk meningkatkan konsumsi pangan, silakan dibudaya dalam kolam-kolam yang terkontrol, untuk mencegah mereka lepas ke perairan umum," tandasnya.

Baca juga: Apa yang Terjadi pada Tubuh jika Tidak Pernah Makan Ikan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Panggung Kampanye Capres di Meksiko Roboh, 9 Orang Meninggal dan Puluhan Luka-luka

Tren
Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Matahari Tepat di Atas Kabah 27 Mei, Ini Cara Meluruskan Kiblat Masjid

Tren
Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Kisah Pilu Simpanse yang Berduka, Gendong Sang Bayi yang Mati Selama Berbulan-bulan

Tren
Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Bobot dan Nilai Minimum Tes Online 2 Rekrutmen BUMN 2024, Ada Tes Bahasa Inggris

Tren
6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

6 Artis yang Masuk Bursa Pilkada 2024, Ada Ahmad Dhani dan Raffi Ahmad

Tren
7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

7 Dokumen Syarat Pendaftaran CPNS 2024 yang Wajib Disiapkan

Tren
Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Kelompok yang Boleh dan Tidak Boleh Beli Elpiji 3 Kg, Siapa Saja?

Tren
Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Jarang Diketahui, Ini Manfaat dan Efek Samping Minum Teh Susu Setiap Hari

Tren
Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Pertamina Memastikan, Daftar Beli Elpiji 3 Kg Pakai KTP Tak Lagi Dibatasi hingga 31 Mei 2024

Tren
Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Benarkah Makan Cepat Tingkatkan Risiko Obesitas dan Diabetes?

Tren
BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

BMKG: Daftar Wilayah Berpotensi Hujan Lebat, Petir, dan Angin Kencang pada 24-25 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

[POPULER TREN] Ikan Tinggi Natrium, Pantangan Penderita Hipertensi | Sosok Pegi Pelaku Pembunuhan Vina

Tren
8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

8 Golden Rules JKT48 yang Harus Dipatuhi, Melanggar Bisa Dikeluarkan

Tren
Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Saat Prabowo Ubah Nama Program Makan Siang Gratis Jadi Makan Bergizi Gratis untuk Anak-anak...

Tren
Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Microsleep Diduga Pemicu Kecelakaan Bus SMP PGRI 1 Wonosari, Apa Itu?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com