Selain itu, ia juga memerintahkan polisi dan pihak berwenang untuk segera menentukan fakta yang ada, menurut juru bicaranya, Kim Soo-kyung.
"Presiden Yoon juga menekankan bahwa kekerasan semacam itu tidak boleh ditoleransi dalam keadaan apa pun," kata Kim.
Partai Demokrat yang merupakan oposisi utama di Korea Selatan mengutuk serangan terhadap Lee sebagai tindakan teror dan ancaman terhadap demokrasi.
Baca juga: Fenomena Sologami, Tren Menikahi Diri Sendiri Mulai Marak di Korea Selatan
Serangan terhadap Lee tersebut terjadi hanya empat bulan sebelum pemilihan umum yang akan diadakan pada April 2024, yang akan diperebutkan secara sengit antara Partai Demokrat yang beroposisi dengan Partai Kekuatan Rakyat yang dipimpin oleh Presiden Yoon.
Pemilu ini akan menjadi sangat penting dalam menentukan apakah Presiden Yoon dapat mewujudkan tujuan-tujuan kebijakannya ketika ia memasuki tahun ketiga dari masa kepresidenannya yang berlangsung selama lima tahun.
Lee, yang berasal dari keluarga petani, bekerja di sebuah pabrik sambil mengejar karier sebagai pengacara hak asasi manusia dan merupakan saingan utama Yoon dalam pemilihan presiden pada 2022.
Mantan gubernur Provinsi Gyeonggi ini diperkirakan akan mencalonkan diri sebagai presiden lagi pada 2027, dan jajak pendapat baru-baru ini menunjukkan bahwa ia tetap populer.
Namun, catatan politiknya telah dibayangi oleh serangkaian skandal dan tuduhan korupsi.
Selain itu, ia juga menghadapi persidangan atas dugaan suap sehubungan dengan proyek pembangunan ketika dia menjadi walikota Seongnam dekat Seoul.
Lee membantah melakukan kesalahan, dan menyebut tuduhan tersebut sebagai "fiksi" dan "konspirasi politik".
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.