Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Studi: Perjalanan Kantor Lebih dari 1 Jam Sehari Tingkatkan Risiko Depresi

Kompas.com - 22/12/2023, 21:00 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Ahmad Naufal Dzulfaroh

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah penelitian mengungkapkan, seseorang yang melakukan perjalanan ke tempat kerja lebih dari satu jam, dapat meningkatkan risiko depresi.

Penelitian tersebut dipimpin oleh profesor di Departemen Kedokteran Kerja dan Lingkungan, Inha University, Korea Selatan, Lee Dong-Wook dan dipublikasikan dalam Journal of Transport & Health.

Dikutip dari Korea Biomed, Korsel dianggap sebagai salah satu negara dengan rata-rata waktu tempuh perjalanan terpanjang dan tingkat depresi tertinggi di antara negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD).

“Ada penelitian yang menunjukkan bahwa perjalanan jauh dapat berdampak positif pada kesehatan. Namun, dalam konteks Korea, kami menemukan bahwa perjalanan yang lebih lama dapat berdampak buruk pada kesehatan mental,” kata Lee.

“Hal ini menunjukkan bahwa upaya untuk mengurangi waktu perjalanan diperlukan untuk membantu masyarakat menyeimbangkan pekerjaan dan keluarga,” tambahnya.

Baca juga: Angka Kelahiran Menurun, Kota di Korea Selatan Gelar Perjodohan Massal

Hasil penelitian

Para peneliti menganalisis data dari 23.000 orang dengan rentang waktu usia 20-59 tahun dari Survei Kondisi Kerja Kelima, sebuah survei representatif nasional yang dilakukan pada tahun 2017.

Pada survei tersebut, para peserta diminta menjawab pertanyaan berdasarkan lima poin indeks kesejahteraan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Para peneliti kemudian menentukan kesehatan mental peserta. Mereka juga mengkaji beberapa faktor, seperti jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pendapatan, wilayah, status pernikahan, keberadaan anak, pekerjaan, jam kerja mingguan, dan kerja shift.

Hasilnya, orang yang menghabiskan lebih dari satu jam atau 60 menit perjalanan ke dan dari tempat kerja setiap hari, memiliki kemungkinan 1,16 kali lebih besar mengalami gejala depresi.

Baca juga: 5 Hari Kejepit di 2024, Bisa Ajukan Cuti ke Kantor

Perbedaan tersebut dibandingkan para pekerja yang hanya menghabiskan waktu kurang dari 30 menit untuk perjalanan kantor.

Menurut para peneliti, perjalanan ke tempat kerja dapat menyebabkan stres psikologis dan fisik, serta menyita waktu pekerja, sehingga dapat membahayakan kesehatan mereka.

“Dengan lebih sedikit waktu luang, orang mungkin kekurangan waktu untuk menghilangkan stres dan melawan kelelahan fisik melalui tidur, hobi, dan aktivitas lainnya,” tulis para peneliti.

“Mereka juga memiliki lebih sedikit waktu untuk melakukan kebiasaan gaya hidup sehat, termasuk olahraga, yang dapat menyebabkan depresi,” lanjutnya.

Baca juga: Fenomena Full-Time Children di China, Anak Muda Pilih Tidak Kerja tapi Digaji Orangtua

Laki-laki lajang lebih rentan depresi

Ilustrasi depresiiStockPhoto/urbazon Ilustrasi depresi

Peneliti juga menemukan adanya perbedaan jenis kelamin pada karakteristik pribadi yang memengaruhi gejala depresi.

Laki-laki lebih mungkin mengalami gejala depresi jika mereka lajang, tidak punya anak, atau bekerja berjam-jam.

Sebaliknya, perempuan lebih rentan mengalami gejala depresi jika mereka memiliki banyak anak (dua atau lebih) dan melakukan pekerjaan shift.

Hal tersebut dikaitkan dengan fakta bahwa perempuan adalah pengasuh utama di Korea Selatan, sehingga membatasi jumlah waktu mereka untuk melakukan aktivitas yang meningkatkan kesehatan.

Baca juga: Apakah Minum Teh Bisa Membantu Mengatasi Stres dan Depresi?

Gejala depresi

Dilansir dari Mayo Clinic, meskipun depresi dapat terjadi hanya sekali selama hidup, seseorang biasanya mengalami beberapa episode.

Selama episode-episode ini, gejala-gejala bisa terjadi hampir sepanjang hari, bahkan hampir setiap hari. Berikut gejalanya:

  • Perasaan sedih, menangis, hampa, atau putus asa
  • Ledakan kemarahan, lekas marah atau frustrasi, bahkan untuk hal-hal kecil
  • Kehilangan minat atau kesenangan pada sebagian besar atau semua aktivitas normal, seperti seks, hobi, atau olahraga
  • Gangguan tidur, termasuk insomnia atau tidur terlalu banyak
  • Kelelahan dan kekurangan energi, sehingga untuk melakukan tugas-tugas kecil pun membutuhkan usaha ekstra
  • Berkurangnya nafsu makan dan penurunan berat badan atau meningkatnya keinginan untuk makan dan penambahan berat badan
  • Kecemasan, agitasi, atau kegelisahan
  • Berpikir, berbicara, atau gerakan tubuh melambat
  • Perasaan tidak berharga atau bersalah, terpaku pada kegagalan di masa lalu atau menyalahkan diri sendiri
  • Kesulitan berpikir, berkonsentrasi, membuat keputusan, dan mengingat sesuatu
  • Pikiran yang sering atau berulang tentang kematian, pikiran untuk bunuh diri, atau percobaan bunuh diri
  • Masalah fisik yang tidak dapat dijelaskan, seperti sakit punggung atau sakit kepala

Bagi banyak orang yang mengalami depresi, gejala yang muncul biasanya cukup parah, sehingga menyebabkan masalah yang nyata dalam kegiatan sehari-hari, seperti pekerjaan, sekolah, kegiatan sosial, atau hubungan dengan orang lain.

Beberapa orang mungkin merasa sedih atau tidak bahagia tanpa benar-benar mengetahui penyebabnya.

Baca juga: Ramai soal Istilah Languishing untuk Menggambarkan Tidak Depresi tapi Juga Tidak Senang, Apa Itu?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

NASA Akan Bangun Jalur Kereta Api di Bulan untuk Memudahkan Kerja Astronot

Tren
Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Pasien Pertama Penerima Donor Ginjal Babi Meninggal Dunia, Sempat Bertahan Hidup 2 Bulan

Tren
Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Peneliti Ungkap Ras Kucing yang Miliki Harapan Hidup Paling Lama, Jenis Apa?

Tren
Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Bagaimana Nasib Uang Nasabah Paytren Pasca Ditutup? Ini Kata Yusuf Mansur

Tren
Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Jaringan Sempat Eror Disebut Bikin Layanan Terhambat, BPJS Kesehatan: Tetap Bisa Dilayani

Tren
Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Seekor Kucing Mati Setelah Diberi Obat Scabies Semprot, Ini Kronologi dan Penjelasan Dokter Hewan

Tren
Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini 'Tersapu' oleh Alam

Riwayat Kafe Xakapa di Lembah Anai, Tak Berizin dan Salahi Aturan, Kini "Tersapu" oleh Alam

Tren
Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Video Viral Detik-detik Petugas Damkar Tertabrak hingga Kolong Mobil

Tren
Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Izin Paytren Aset Manajemen Dicabut OJK, Ini Alasannya

Tren
Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Kelas BPJS Kesehatan Dihapus, Kemenkes Sebut KRIS Sudah Bisa Diterapkan

Tren
Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Paus Fransiskus Umumkan 2025 sebagai Tahun Yubileum, Apa Itu?

Tren
Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Bisakah Cairkan JHT BPJS Ketenagakerjaan Tanpa Paklaring Usai Resign?

Tren
Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Apa Itu Gerakan Blockout 2024 yang Muncul Selepas Met Gala dan Merugikan Taylor Swift juga Zendaya?

Tren
Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Balon Udara Meledak di Ponorogo, Korban Luka Bakar 63 Persen, Polisi: Masuk Ranah Pidana

Tren
Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Warga Korsel Dilaporkan Hilang di Thailand dan Ditemukan di Dalam Tong Sampah yang Dicor Semen

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com