KOMPAS.com - Tuntutan pekerjaan dan jumlah lowongan pekerjaan yang sedikit membuat anak-anak muda merasa stres.
Daripada stres mencari pekerjaan, anak-anak muda di China memilih untuk menjadi anak penuh waktu di rumah.
Mereka tidak bekerja di perusahaan, melainkan menghabiskan hari dengan berada di rumah. Meski begitu, mereka mendapatkan gaji dari orangtua.
Di China, kondisi tersebut dikenal dengan fenomena "full-time children".
Beberapa anak muda di China yang tertekan akibat pekerjaan memilih berhenti atau tidak bekerja dan kembali ke rumah orangtua mereka.
Julie (29) memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaannya sebagai pengembang gim untuk menjadi "anak perempuan penuh waktu" di rumah
Diberitakan BBC (17/7/2023), dia memilih berhenti dari pekerjaannya dan pulang ke rumah daripada bekerja 16 jam sehari.
Julie kini menjalani hari dengan mencuci piring, menyiapkan makanan untuk orangtuanya, dan melakukan pekerjaan rumah tangga lainnya.
Meski hanya melakukan pekerjaan rumah, orangtua Julie bertanggungjawab membayar sebagian besar pengeluaran sehari-harinya.
Baca juga: Ramai soal Anak Muda Sulit Punya Rumah karena Sering Beli Kopi, Benarkah?
Tak hanya Julie, Li (22) seorang lulusan SMA juga lebih memilih tidak kerja untuk membantu keluarganya. Dia bertugas belanja bahan makanan dan merawat nenek di rumah.
“Alasan mengapa saya di rumah adalah karena saya tidak tahan dengan tekanan untuk pergi ke sekolah atau bekerja,” katanya, dikutip dari CNN (26/7/2023).
Li menjelaskan, dia tidak mencari pekerjaan karena tidak mau bersaing dengan rekan-rekannya. Li juga tidak merasa butuh pekerjaan dengan gaji tinggi atau kehidupan lebih baik.
Tindakan yang dilakukan Julie dan Li ini merupakan fenomena "full-time children" atau anak-anak penuh waktu.
Baca juga: Ramai di Media Sosial, Benarkah Gen Z Malas Bekerja?
Di Douban, sekitar 4.000 anak muda mengaku menjalani kehidupan sehari-hari sebagai anak penuh waktu.