Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Tawanan yang Dilepas Hamas Disebut Alami "Stockholm Syndrome", Apa Itu?

Kompas.com - 28/11/2023, 21:30 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Media sosial X (dulu Twitter) diramaikan dengan istilah stockholm syndrome,  terkait masa gencatan senjata antara Hamas dengan Israel di Gaza.

Pada masa gencatan senjata tersebut, Hamas dan Israel saling melepaskan tawanan untuk dikembalikan ke keluarga masing-masing.

Banyak akun X menyebutkan bahwa tawanan Hamas yang kebanyakan warga Israel terlihat memiliki raut wajah bahagia serta sempat melambaikan tangan dan berfoto bersama dengan pasukan Hamas.

Baca juga: Ramai soal Anak Kedua Disebut Sering Bermasalah Ternyata Middle Child Syndrome, Apa Itu?

Beberapa warganet menyebut tawanan Hamas mengalami stockholm syndrome.

Confirmed Israelis have Stockholm syndromeA hostage waves and greets Palestinians as they cheer and applaud (Warga Israel dikonfirmasi menderita Stockholm syndrome. Seorang sandera melambaikan tangan dan menyapa warga Palestina sambil bersorak dan bertepuk tangan),” tulis akun @YungravenCEO, Sabtu (25/11/2023).

Stockholm syndrome is obvious when your prisoner alqassam trooper (Stockholm syndrome terlihat jelas ketika tawanan Anda adalah seorang tentara alqassam (sayap militer Hamas)),” tulis @dr_rahash, Minggu (26/11/2023).

"Stockholm syndrome at it finest (Stockholm syndrome yang terbaik)," ketik @rk_uae, Minggu (26/11/2023).

Dalam sebuah video, terlihat seorang tentara Hamas dan tawanan perempuan saling mengucapkan selamat tinggal satu sama lain.

Baca juga: Israel Berencana Tutup 6 Kementeriannya Imbas Perang dengan Hamas di Gaza

Lantas, apa itu stockholm syndrome?

Mengenal stockholm syndrome

Dosen psikologi Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta Ratna Yunita Setiyani Subardjo membenarkan bahwa video yang beredar di media sosial merupakan stockholm syndrome atau sindrom stockholm.

Stockholm syndrome memang ada, suatu gangguan psikologis pada korban penculikan, penyanderaan, atau tawanan perang,” kata Ratna kepada Kompas.com, Selasa (28/11/2023).

Ratna menuturkan, sindrom tersebut ada karena muncul perasaan positif seperti gembira dan nyaman selama menjadi tawanan atau korban penculikan.

“Korban tidak menyangka bahwa pelaku akan memanusiakan mereka dan bersikap santun,” ujar dia.

“Dalam bayangan kebanyakan orang, korban penculikan terutama tawanan perang akan diperlakukan tidak manusiawi dan caranya kejam hingga akhirnya muncul trauma,” imbuhnya.

Stockholm syndrome bisa terjadi karena berbagai faktor. Dari berbagai faktor inilah, perasaan yang positif bisa membuat tawanan menjadi “menyukai” atau “jatuh hati”.

Halaman:

Terkini Lainnya

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Parlemen Israel Loloskan RUU yang Menyatakan UNRWA sebagai Organisasi Teroris

Tren
Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Apakah Haji Tanpa Visa Resmi Hukumnya Sah? Simak Penjelasan PBNU

Tren
Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Satu Orang Meninggal Dunia Usai Tersedot Turbin Pesawat di Bandara Amsterdam

Tren
Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Pria Jepang yang Habiskan Rp 213 Juta demi Jadi Anjing, Kini Ingin Jadi Hewan Berkaki Empat Lain

Tren
9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

9 Orang yang Tak Disarankan Minum Teh Bunga Telang, Siapa Saja?

Tren
MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

MA Ubah Syarat Usia Calon Kepala Daerah, Diputuskan 3 Hari, Picu Spekulasi Jalan Mulus bagi Kaesang

Tren
Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Profil Budi Djiwandono, Keponakan Prabowo yang Disebut Bakal Maju Pilkada Jakarta 2024

Tren
Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tapera dan Kekhawatiran Akan Korupsi Asabri-Jiwasraya Jilid 2

Tren
Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com