Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

5 Fakta Perempuan di Surabaya Tewas Diduga Dianiaya Anak Anggota DPR

Kompas.com - 06/10/2023, 09:15 WIB
Aditya Priyatna Darmawan,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Seorang perempuan berinisial DSA (29) tewas usai mengunjungi diskotek di Jalan Mayjend Jonosewojo, Surabaya, Jawa Timur pada Rabu (4/10/2023).

DSA yang merupakan warga Sukabumi, Jawa Barat itu tewas diduga karena dianiaya oleh pacarnya yang berinisial RT dan merupakan anak anggota DPR RI.

“Kami merasa ada tindakan penganiayaan terhadap perempuan, dan ini dilakukan oleh seorang anak dari salah satu pejabat di DPR RI,” ucap pengacara korban Dimas Yemahura dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/10/2023).

Baca juga: Perincian Vonis Pelaku Penganiayaan Anak D, Mario Dandy Dipenjara 12 Tahun

Baca juga: 5 Fakta Penembakan Massal di Siam Paragon, Pelaku Remaja Diduga Alami Gangguan Mental

Selengkapnya, berikut lima fakta perempuan tewas usai diduga dianiaya anak anggota DPR:

1. Perselisihan berujung penganiayaan

Dimas mengatakan, ada perselisihan antara DSA bersama RT serta teman-temannya saat pergi ke sebuah diskotek di Jalan Mayjend Jonosewojo, Surabaya pada Selasa (3/10/2023) malam.

“Mbak DSA pada Selasa malam diajak oleh teman-temannya termasuk saudara RT ke klub malam. Kemudian di dalam itu ada perselisihan antara saudara RT ini dengan Mbak DSA,” ujar Dimas.

Saat perselisihan itulah, RT diduga melakukan tindakan kekerasan kepada DSA yang membuatnya tak sadarkan diri.

Baca juga: Viral, Video Penganiayaan Brutal di SMAN 1 Sakti Pidie, Ini Klarifikasi Kepala Sekolah

2. Pelaku diduga merekam korban yang sudah tak sadarkan diri

Meski begitu, RT justru merekam DSA yang sudah tergeletak tak sadarkan diri.

"Saudara RT malah me-video Mbak DSA yang tergeletak di halaman basement, dan mengatakan dia (RT) enggak tahu kenapa tergeletak," terang Dimas.

Bahkan, Dimas mengaku, RT saat itu juga sempat menertawakan DSA yang masih tidak sadarkan diri. Namun kemudian diingatkan seorang petugas yang ada di sana.

"Setelah diingatkan petugas basement untuk membawa, malah Mbak DSA ini dimasukkan ke bagasi mobil belakang," tuturnya.

3. Korban sudah tak bernapas saat di apartemen

Setelah itu, RT membawa korban yang masih tak sadarkan diri itu ke salah satu apartemen di Jalan Puncak Indah Lontar pada Rabu (4/10/2023) dini hari.

“Mbak DSA sudah tidak ada napas. Setelah tidak ada napas, dia (terduga pelaku) memanggil petugas keamanan, kemudian dipanggillah pengelola apartemen," jelas Dimas.

Mengetahui itu, RT langsung membawa DSA ke National Hospital yang berada tak jauh dari lokasi apartemen. Namun, DSA ternyata sudah meninggal dunia sekitar 30 menit sebelumnya.

“Artinya sudah tidak bernyawa dimungkinkan terjadi di klub malam. Adanya pembiaran petugas di klub malam," katanya.

Baca juga: Berkaca Kasus Guru Karawang, Benarkah Korban Penganiayaan Tak Dijamin BPJS Kesehatan?

4. Terdapat luka lebam

Jenazah DSA kemudian langsung dirujuk ke RSUD Dr Soetomo untuk dilakukan proses autopsi.

Hal itu dikarenakan kematian DSA disebut janggal dan harus dilakukan penyelidikan.

Kasat Reskrim Polrestabes Surabaya AKBP Hendro Sukmono mengatakan, pihaknya sudah memeriksa sejumlah saksi dan masih menunggu hasil autopsi jenazah.

“Sekitar 15 saksi, baik itu rekan korban, petugas di lokasi, maupun saksi lain di mana korban meninggal dunia,” ungkap Hendro dilansir dari Kompas.com, Kamis (5/10/2023).

Selain itu, Hendro mengaku bahwa pihaknya juga sudah mengumpulkan sejumlah rekaman CCTV yang ada di sekitar lokasi.

"(CCTV) tempat korban sedang hiburan dengan pasangannya (diskotek), lobi dia datang dan meninggalkan lokasi, tempat korban tinggal (apartemen), dan ketika akan dibawa ke rumah sakit," ucapnya.

Menurut informasi, terdapat sejumlah luka lebam di kaki jenazah korban. Namun, polisi belum menyimpulkan adanya dugaan penganiayaan.

"Terkait dengan penyebab kematian korban, ataupun beberapa pertanyaan temuan (luka lebam) yang dialami oleh korban, tentu ini menjadi ranahnya dokter nanti," ujar dia.

Baca juga: Peran Mario, AG, dan Shane dalam Penganiayaan Anak Pengurus GP Ansor

5. Korban sempat kirim pesan suara ke keluarga sebelum meninggal

Dimas mengungkapkan, DSA sempat mengirimkan pesan suara ke pihak keluarga saat dianiaya RT sebelum akhirnya meninggal dunia.

"Voice note (pesan suara) korban saat dilakukan penganiayaan si RT ini kami ada," ungkap Dimas dikutip dari Kompas.com, Kamis (5/10/2023).

Ia mengatakan, pesan itu berisi suara korban yang masih tidak mengetahui alasan menerima penganiayaan tersebut.

Baca juga: Deretan Pegawai Pajak yang Terseret Kasus, dari Penganiayaan hingga Korupsi

Dimas pun akan menyerahkan pesan suara itu sebagai barang bukti jika polisi menangani kasus tersebut dengan serius.

“Memang tidak kami share dan tunjukkan, sebelum proses hukum dijalani serius,” katanya.

Selain itu, korban juga sempat menghubungi keluarganya beberapa hari sebelum meninggal lantaran mengaku mengalami sakit di beberapa bagian tubuhnya.

“Korban sempat menghubungi keluarganya, tapi dengan alasan yang bersangkutan sakit. Dan keluarganya tahu anaknya memar," tuturnya.

Korban diduga juga sempat mengunggah sebuah video di akun TikTok pada Selasa (3/10/2023). Dalam video itu, korban tampak berbicara ke arah kamera.

"Cewe nya mati matian jaga hati buat cwo nya, eh cwo nya mati matian buat matiin cewe nya," tulis korban dalam unggahan itu.

Baca juga: Kronologi Penganiayaan Remaja di Lenteng Agung karena Masalah Asmara

(Sumber: Kompas.com/Andhi Dwi Setiawan | Editor: Farid Assifa, Maya Citra Rosa, Pythag Kurniati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Terkini Lainnya

Raja Charles III Kehilangan Indra Perasa akibat Efek Samping Pengobatan Kanker

Raja Charles III Kehilangan Indra Perasa akibat Efek Samping Pengobatan Kanker

Tren
Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Cara Menyosialisasikan Anak Kucing agar Mengenali Lingkungan dengan Baik

Tren
Ban 'Botak' Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Ban "Botak" Diukir Ulang Bisa Hemat Pengeluaran, Amankah Digunakan?

Tren
UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

UPDATE Banjir Sumbar: Korban Meninggal Capai 67 Orang, 20 Warga Masih Hilang

Tren
Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Kemenkes Pastikan Peserta BPJS Kesehatan Bisa Naik Kelas Rawat Inap, Ini Caranya

Tren
Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Gletser Terakhir di Papua Diperkirakan Akan Hilang Sebelum 2026

Tren
Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Link, Cara, dan Syarat Daftar IPDN 2024, Lulus Bisa Jadi PNS Kemendagri

Tren
Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Sudah Bayar Tunggakan Iuran, Apakah BPJS Kesehatan Bisa Langsung Digunakan?

Tren
6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

6 Dokumen yang Harus Dipersiapkan untuk Mendaftar Sekolah Kedinasan, Apa Saja?

Tren
Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tips Latihan Beban untuk Pemula agar Terhindar dari Cedera

Tren
6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

6 Olahraga yang Ampuh Menurunkan Kolesterol Tinggi, Apa Saja?

Tren
PKS Disebut 'Dipaksa' Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

PKS Disebut "Dipaksa" Berada di Luar Pemerintahan, Ini Alasannya

Tren
Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Ini yang Akan Terjadi pada Tubuh Saat Minum Teh Hitam Selama Sebulan

Tren
Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Prakiraan BMKG: Wilayah yang Berpotensi Dilanda Hujan Lebat, Angin Kencang, dan Petir 16-17 Mei 2024

Tren
[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

[POPULER TREN] Beda Penampilan Sandra Dewi Saat Diperiksa | Peringatan Dini Kekeringan di Jateng

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com