Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

20 Ucapan Maulid Nabi 1445 H dan Sejarah Perayaannya...

Kompas.com - 26/09/2023, 20:00 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

2. Dirayakan oleh Dinasti Fatimiyah pada abad ke-4 H

Pendapat kedua menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diadakan oleh Dinasti Fatimiyah, yang berkuasa antara abad ke-4 hingga abad ke-6 Hijriah, atau abad ke-10 hingga abad ke-12 Masehi.

Perayaan Maulid Nabi tersebut dilakukan oleh Abu Tamim, khalifah keempat Dinasti Fatimiyah. Selain itu, dinasti tersebut juga merayakan Hari Asyura, Maulid Ali, Maulid Hasan, dan lainnya.

3. Dirayakan pada Rabiul Awwal oleh Sultan Muzhaffar

Versi ketiga berdasarkan pendapat Ibnu Katsir menyatakan bahwa Sultan Muzhaffar adalah orang yang pertama kali mengadakan peringatan Maulid Nabi pada Rabiulawal secara besar-besaran.

Sultan Abu Said Muzhaffar Kukabri (549-630 H) adalah Gubernur Ibril di Irak, yang merayakan Maulid Nabi dengan mengundang para ulama, ahli tasawuf, dan seluruh rakyatnya.

Ia menjamu para undangan dengan makanan, memberi hadiah, dan bersedekah kepada fakir miskin.

4. Dirayakan oleh Salahuddin Al Ayyubi pada abad ke-12

Pendapat lain menyatakan bahwa Maulid Nabi pertama kali diperingati oleh Salahuddin Al Ayyubi, pediri Dinasti Ayyubiyah yang hidup pada abad ke-12.

Salahuddin Al Ayyubi dikenal sebagai jenderal hebat yang memerangi tentara Salib dan berhasil merebut Yerusalem dari Kerajaan Yerusalem.

Dulunya dikatakan bahwa Salahuddin membuat perayaan Maulid untuk membangkitkan semangat umat Islam yang sedang padam dalam memerangi tentara Salib.

Meskipun memiliki beberapa perbedaan pandangan tentang kapan Maulid Nabi pertama kali dilakukan, namun perayaan Maulid Nabi akhirnya dapat berkembang ke wilayah Islam yang lain, termasuk Indonesia dan tetap diperingati hingga sekarang.

Baca juga: Pedoman Peyelenggaraan Peringatan Maulid Nabi dari Kemenag

Sejarah peringatan Maulid Nabi di Indonesia

Sementara itu, peringatan Maulid Nabi di Indonesia pertama kali dilakukan oleh Wali Songo sejak 1404 M.

Wali Songo merayakan Maulid Nabi untuk menarik hati masyarakat setempat saat itu untuk terpanggil memeluk agama Islam.

Pada saat itu, Wali Songo melihat pengorbanan yang dilakukan Raja Hindu di Jawa telah melanggar aturan Islam.

Dalam tradisi Hindu-Buddha pada masa itu, jika suatu daerah terkena bencana mereka akan melakukan pengorbanan berupa penyembelihan kerbau sebagai tolak bala. Hal ini yang kemudian mendorong Wali Songo memperkenalkan peringatan Maulid Nabi pada masyarakat setempat.

Baca juga: Ragam Tradisi Maulid Nabi di Indonesia

Itulah mengapa, Maulid Nabi juga disebut sebagai perayaan Syahadatain, atau yang secara umum dikenal dengan istilah Sekaten.

Syahadatain adalah kesaksian dan pengakuan bahwa Allah merupakan satu-satunya Tuhan yang wajib disembah dan Nabi Muhammad adalah utusan Rasul Allah.

Dalam berbagai macam versi, sekaten dapat dipahami sebagai upacara dan ritual penabuhan gamelan yang diselenggarakan oleh Keraton Yogyakarta dan Surakarta untuk memperingati Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW.

Sampai saat ini, Sekaten masih diselenggarakan di beberapa kota, salah satunya Yogyakarta dan Surakarta.

Baca juga: Sekaten Solo 2023: Jadwal, Lokasi, dan Rangkaian Acaranya...

(Sumber: Kompas.com/Dandy Bayu Bramasta, Widya Lestari Ningsih, Varelladevanka Adryamarthanino | Editor: Rendika Ferri Kurniawan, Widya Lestari Ningsih, Tri Indriawati)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com