Di balik prestasi yang membanggakan yang diraih oleh Muhammad Sejahtera Dwi Putra, siapa sangka ia mulanya tidak menyukai olahraga menembak.
Ia mengaku terjun ke dunia menembak karena ketidaksengajaan.
”Pada 2014 atau ketika pertama kali masuk kuliah, ada pencarian atlet menembak, terutama nomor 10 meter running target. Saya coba ikut. Namun, setelah itu, saya tidak terlalu tertarik. Tapi, Pak Masruri (pelatih 10 meter running target) terus membujuk saya latihan lagi," kata Tera dikutip dari Kompas.id.
Berkat bujukan dari sang pelatih melalui pesan singkat, telepon, serta upayanya bertemu langsung, membuat pria berusia 26 tahun ini luluh.
"Saya akhirnya menggeluti olahraga ini,” lanjutnya.
Hasil latihan terus menerus yang dilakukan Putra pun membuahkan hasil.
Sekarang, namanya tercatat dalam tinta emas olahraga nasional sebagai salah satu atlet peraih medali di Asian Games, pesta olahraga terbesar di Asia.
Apa jadinya jika Masruri tidak membujuk Tera untuk kembali berlatih dan menekuni olahraga menembak.
Masruri gigih untuk membujuk Tera untuk menekuni olahraga menembak karena menurutnya mendapatkan petembak muda berbakat, yang khusus di nomor running target sangat sulit di Indonesia.
Nomor pertandingan menembak target yang bergerak ini kurang populer, salah satunya karena butuh arena khusus dan hingga kini hanya ada di Jakarta, dan Palembang.
Masruri mengatakan pada saat percobaan menembak pertama Tera saat jadi mahasiswa baru di UNJ, hasilnya memang tidak bagus.
Tapi Masruri melihat bahwa karakter Tera bagus sebagai seorang petembak.
Sifat Tera yang pendiam dan cenderung acuh terhadap kondisi sekelilingnya akan bermanfaat karena dia bisa lebih fokus pada menembak ketika jadi atlet.
“Awalnya dia tidak mau, tapi saya yakin anak ini bakalan bagus karena cuek dengan keadaan sekitarnya. Akhirnya saya terus SMS dia untuk datang latihan,” kata Masruri dikutip dari Antara.
Membina atlet muda juga menjadi latihan kesabaran buat Masruri. Ia masih ingat saat Kejuaraan Nasional (Kejurnas) pertama untuk Tera yang gagal total sebelum pertandingan dimulai.
“Latihan resmi dia ada, tapi mendadak sakit disengat kalajengking jadi batal tanding. Saya merasa jengkel juga waktu itu, tapi saya tetap bilang sama dia tolong latihan, tolong latihan,” katanya.
Berbagai pengorbanan bagi Masruri juga menjadi motivasi untuk berhasil membina atlet-atlet muda Indonesia.
“Motivasi saya sebagai pelatih harus menciptakan atlet yang nantinya prestasinya di atas saya,” ujarnya.
Berkat ketekunan pelatih dan kerja keras atlet, kemenangan menjadi sejarah indah bagi Tera dan Masuri, dan juga Indonesia.
Baca juga: Syarat Jadi Pasukan Pengamanan KTT ASEAN, Harus Lulus Tes Menembak dan Bahasa Inggris
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.