Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Misteri Pohon Pinus yang Membeku Selama 66 Juta Tahun Akhirnya Terpecahkan

Kompas.com - 19/09/2023, 14:30 WIB
Alicia Diahwahyuningtyas,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

Jika transposon menyebabkan mutasi berbahaya, mereka mungkin berkontribusi terhadap penurunan populasi yang dipicu oleh perubahan iklim dan faktor lainnya.

Kondisi stres tersebut mungkin menyebabkan tanaman beralih ke reproduksi klonal. Karena peningkatan transposon berkorelasi dengan reproduksi seksual, perubahan ke reproduksi aseksual mungkin telah mengurangi potensi terjadinya mutasi yang merusak.

Paradoksnya, meskipun pohon masih bergantung pada reproduksi seksual, transposon mungkin berperan dalam meningkatkan keragaman genetik dan setidaknya untuk sementara membuat pohon lebih tahan terhadap perubahan kondisi.

Baca juga: Jangan Tanam 5 Pohon Ini di Dekat Rumah, Bisa Merusak Fondasi

Pinus Wollemi rentan terhadap penyakit

Penguraian kode genom juga mengungkap mengapa pinus Wollemi tampaknya rentan terhadap penyakit, khususnya Phytophthora cinnamomi yang merupakan jamur air patogen yang menyebabkan kematian.

Gen pohon yang tahan terhadap penyakit ditekan oleh jenis RNA-nya sendiri yang dikaitkan dengan perkembangan daun yang lebih lebar.

Pinus Wollemi, tidak seperti kebanyakan tumbuhan runjung, memiliki daun jarum yang lebar. Jadi, evolusi daun yang lebih lebar mungkin telah menyebabkan penekanan resistensi terhadap penyakit.

P. cinnamomi sendiri umum ditemukan pada tanaman budidaya.

Meskipun hanya ada empat populasi kecil yang tersisa di alam liar, pohon pinus ini telah diperbanyak secara luas oleh kebun raya dan lembaga lain dalam upaya melestarikannya dan mempelajari biologi uniknya.

Bahkan dikutip dari laman Iucnredlist, pinus Wollemi juga telah dimasukkan ke dalam Daftar Merah Spesies Terancam Punah IUCN pada 2010.

Dengan demikian, analisis genom pinus Wollemi bukan sekadar keingintahuan akademis, namun memiliki implikasi serius bagi kelangsungan hidup spesies tersebut.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com