Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Waspada Virus Nipah, Simak Gejala, Penularan, dan Pencegahannya

Kompas.com - 16/09/2023, 20:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

Menurut catatan WHO, sebagian besar wabah pertama di Malaysia dan Singapura disebabkan kontak langsung dengan babi yang sakit.

Sementara itu, wabah berikutnya yang terjadi di Bangladesh dan India pada 2001, dipicu oleh konsumsi buah-buahan atau produk buah yang terkontaminasi urine maupun air liur kelelawar buah.

Baca juga: Gigitan Kutu Bisa Picu Alergi Daging Merah, Apa Gejalanya?

Gejala virus Nipah yang menginfeksi manusia

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) melaporkan, infeksi virus Nipah dapat menyebabkan gejala ringan hingga berat, termasuk potensi kematian.

Gejala akan muncul dalam kurun waktu 4-14 hari setelah terpapar virus Nipah.

Biasanya, gejala diawali dengan demam dan sakit kepala selama 3-14 hari, disertai tanda-tanda penyakit pernapasan seperti batuk, sakit tenggorokan, dan kesulitan bernapas.

Lambat laun, penderita dapat mengalami fase peradangan otak atau ensefalitis, dengan gejala termasuk mudah kantuk dan disorientasi.

Jika mengalami ensefalitis, kondisi penderita dengan cepat dapat berkembang menjadi koma hanya dalam waktu 24-48 jam.

Baca juga: Mengenal Virus Nipah: Asal-usul, Gejala, dan Cara Mencegahnya

Berikut beberapa gejala awal infeksi virus Nipah:

  • Demam
  • Sakit kepala
  • Batuk
  • Sakit tenggorokan
  • Sulit bernapas
  • Muntah.

Gejala dapat berkembang semakin parah, seperti:

  • Ensefalitis
  • Disorientasi, mengantuk, atau kebingungan
  • Kejang
  • Koma.

Penyintas infeksi virus Nipah dapat mengalami efek samping jangka panjang seperti kejang terus-menerus dan perubahan kepribadian.

Baca juga: Kematian Pertama akibat Virus Oz di Dunia Terjadi di Jepang, Apa Itu?

Pencegahan penularan virus Nipah

Hingga saat ini, belum tersedia vaksin untuk melawan maupun mencegah infeksi virus Nipah.

Namun, berdasarkan pengalaman selama wabah Nipah di Malaysia, pembersihan dan disinfeksi peternakan secara rutin dan menyeluruh mungkin efektif mencegah infeksi.

Menurut WHO, sejumlah wilayah mungkin berisiko terinfeksi karena menjadi habitat beberapa spesies kelelawar, seperti Australia, Bangladesh, Kamboja, China, India, Indonesia, Madagaskar, Malaysia, Papua Nugini, Thailand, dan Timor Leste.

Lantaran belum ada vaksin, satu-satunya cara untuk mengurangi atau mencegah infeksi pada manusia adalah meningkatkan kesadaran akan faktor risiko virus Nipah.

Berikut sejumlah cara mengurangi risiko infeksi NiV:

  • Menggunakan sarung tangan dan pakaian pelindung saat menangani hewan sakit atau melakukan prosedur penyembelihan.
  • Sebisa mungkin, hindari kontak dengan babi yang terinfeksi.
  • Di daerah endemik, saat akan membangun peternakan babi baru, pertimbangkan keberadaan kelelawar di lingkungan sekitar.
  • Cuci buah-buahan sampai bersih sebelum dikonsumsi.
  • Buang dan jangan konsumsi buah-buahan dengan bekas gigitan kelelawar.
  • Hindari kontak fisik dengan orang yang terinfeksi virus Nipah.
  • Cuci tangan secara teratur, terutama setelah merawat atau menjenguk orang sakit.

Baca juga: Apakah Pengobatan Penyakit akibat Polusi Udara Ditanggung BPJS Kesehatan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com