Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kebakaran Gunung Bromo Semakin Meluas, Apakah Akan Ada Hujan Buatan?

Kompas.com - 12/09/2023, 12:30 WIB
Ahmad Naufal Dzulfaroh,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Kepala Stasiun Meteorologi Juanda Sidoarjo, Taufik Hermawan mengatakan pihaknya tengah merencanakan teknologi modifikasi cuaca (TMC) atau hujan buatan untuk memadamkan api di bukit savana Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS), Jawa Timur.

Kebakaran di bukit savana Gunung Bromo ini terjadi sejak Rabu (6/9/2023) akibat penggunaan flare saat aktivitas foto prewedding.

Hingga Selasa (12/9/2023), api tak kunjung padam dan justru semakin meluas.

Taufik menuturkan, pihaknya belum bisa memastikan kapan pelaksanaan TMC tersebut karena masih dalam proses pembahasan.

Pasalnya, proses TMC ini melibatkan berbagai instansi di luar BMKG.

Baca juga: Wisata Gunung Bromo Ditutup, Seruni Point Bisa Jadi Alternatif

"Rencana ada TMC, masih dikaji karena banyak stakeholder yang terlibat dalam giat TMC, bukan BMKG saja," kata Taufik saat dikonfirmasi Kompas.com, Selasa (12/9/2023).

Proses TMC ini, jelas Taufik, biasanya mempertimbangkan adanya pertumbuhan awan konvektif di sekitar lokasi.

Awan konvektif adalah awan yang dihasilkan dari proses konveksi akibat pemanasan radiasi surya.

Dalam pertumbuhannya sampai turun sebagai hujan, awan konvektif memiliki tiga tahapan, yakni tahap pertumbuhan, tahap pematangan, dan tahap disipasi atau jatuh sebagai hujan.

Menurut Taufik, awan konvektif di sekitar Gunung Bromo saat ini masih belum terdeteksi.

"Tapi bisa saja terjadi pertumbuhan awan konvektif," jelas dia.

Baca juga: BNPB Sebut Denda Pelaku Kebakaran Bromo Masih Kurang Dibanding Biaya Water Bombing

Proses TMC

Teknologi modifikasi cuaca atau TMC merupakan usaha untuk mengendalikan sumber daya air dari atmosfir dengan memanfaatkan parameter cuaca.

Hal ini bertujuan untuk memodifikasi cuaca agar intensitas curah hujan di suatu tempat meningkat.

Diberitakan Kompas.com (28/12/2023), TMC selama ini dilakukan menggunakan pesawat untuk mengangkut bahan semai berupa garam atau NaCI ke awan.

Dalam sekali terbang, pesawat tersebut akan membawa ratusan kilogram bahan semaian garam.

Proses ini dilakukan secara manual sesuai dengan koordinat yang ditentukan.

Baca juga: Sederet Hal soal Tornado Api yang Muncul Saat Kebakaran Bromo

Namun, metode seperti ini bukan menjadi cara satu-satunya. Sebab, ada juga metode lain untuk menghantarkan bahan semai itu ke awan.

Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, yakni dengan menggunakan wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis.

Kedua metode ini mempunyai prinsip kerja yang sama dalam menghantarkan bahan semai ke dalam awan.

Prinsip kerjanya adalah memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya.

Metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com