"Rumah kami bergemuruh. Itu seperti raungan yang sangat keras,” kata Mary Ann Koren, salah satu saksi mata.
Sementara itu, lantaran lokasi kecelakaan di antara pepohonan di puncak bukit, penyelamat harus memotong jalan untuk menemukan reruntuhan.
Truk pemadam kebakaran dan tim penyelamat juga dikerahkan menuju lokasi bersama buldoser.
Baca juga: Petugas Bandara Texas Tewas Tersedot Mesin Pesawat Delta Airlines
Parahnya kecelakaan dan fakta bahwa jenazah tercecer menyebabkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menyebutnya sebagai bencana alam.
Perekam suara kokpit (CVR) maupun perekam data penerbangan yang ditemukan juga digunakan untuk membantu menginvestigasi apa yang salah dalam Penerbangan 427.
Hasilnya, saat mendekati Pittsburgh, pesawat hampir bertabrakan dengan penerbangan milik Delta Air Lines.
Namun, FAA menetapkan bahwa pusaran dari penerbangan itu tidak cukup kuat untuk menyebabkan USAir mengubah arahnya.
Perubahan arah yang tiba-tiba sebelum pesawat terhenti dan menukik membuat penyelidik fokus pada posisi pedal kemudi.
Baca juga: Kronologi Jatuhnya Pesawat yang Diduga Bawa Bos Wagner Prigozhin, Sempat Menukik Selama 30 Detik
Setelah memeriksa CVR, perwakilan dari Boeing mengira pilot kemungkinan besar salah menginjak pedal.
Kendati demikian, USAir dan serikat pilot menyangkal, dan mengatakan bahwa hal tersebut pasti merupakan kegagalan fungsi.
Setelah penyelidikan kecelakaan yang membutuhkan waktu empat setengah tahun, NTSB menetapkan bahwa kemudi tidak berfungsi karena berputar dan macet pada posisi yang berlawanan dengan perintah pilot.
Badan tersebut kemudian merekomendasikan desain ulang kontrol kemudi dan sistem cadangan untuk mencegah kecelakaan serupa.
Selain itu, turut menyerukan untuk memperbarui semua perekam data penerbangan, serta pelatihan baru bagi pilot terkait cara menghadapi kemudi yang macet.
FAA kemudian meminta agar Boeing mendesain ulang kemudi untuk semua model 737, yang saat itu berdampak pada 3.400 pesawat di Amerika Serikat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.