Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

29 Tahun Lalu, Boeing 737 USAir Jatuh Tewaskan 132 Orang, Ubah Praktik Industri Penerbangan

Kompas.com - 08/09/2023, 10:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Hari ini 28 tahun lalu, tepatnya 8 September 1994. sebuah pesawat Boeing 737 milik maskapai penerbangan USAir jatuh di daerah berhutan di Hopewell Township, Beaver County, Pennsylvania, Amerika Serikat (AS).

Sebanyak 132 orang di dalamnya tewas seketika, memicu penyelidikan penerbangan paling ekstensif hingga mengubah praktik industri penerbangan.

Dilansir dari Simple Flying, USAir Penerbangan 427 itu merupakan penerbangan terjadwal dari Bandara Internasional Chicago-O'Hare (ORD) menuju Bandara Internasional Palm Beach (PBI), dengan pemberhentian di Bandara Internasional Pittsburgh (PIT).

Semula, penerbangan dengan pilot Kapten Peter Germano (45) dan co-pilot Charles B "Chuck" Emmett (38) ini berjalan dengan lancar.

Penerbangan 427 berangkat dari Bandara Internasional Chicago-O'Hare pada 8 September 1994 pukul 16.10 waktu setempat, menempuh jarak sekitar 665 kilometer ke timur menuju Bandara Internasional Pittsburgh.

Baca juga: Cerita N47BA, Pesawat yang Terbang Saat Semua Awak Mungkin Sudah Mati


Boeing 737 USAir jatuh sebelum mendarat

Sekitar pukul 19.02, Pemandu Lalu Lintas Udara (ATC) Pittsburgh menginstruksikan pesawat untuk berbelok ke arah 100 derajat sembari memberi tahu ada lalu lintas lain di area tersebut.

Satu menit kemudian, di tengah usaha menuju jalur yang telah ditentukan, tiba-tiba pesawat menghadapi pusaran penerbangan dari Delta Air Lines yang berada tepat di depannya.

Saat itu, Delta Air Lines dengan Boeing 727 juga dalam perjalanan menuju Bandara Internasional Pittsburgh, sekitar 67,5 kilometer di depan penerbangan USAir.

Boeing 737 kemudian mengalami hentakan selama tiga detik saat autopilot mencoba menjauhkannya dari pesawat lain.

Beberapa detik kemudian, arah pesawat berubah drastis ke kiri, terjun ke bawah dengan kecepatan 65,8 kilometer per jam.

Baca juga: Spesifikasi Beechcraft 390, Pesawat Jet yang Jatuh di Jalanan Malaysia, 10 Orang Tewas

Dilansir dari LA Times, Juru Bicara Administrasi Penerbangan Federal (FFA), Pat Cariseo mengatakan, sebelum mendarat, pesawat yang berada di ketinggian 1.829 meter itu telah menghilang dari layar radar di menara kontrol Pittsburgh.

Sesaat setelah menghilang, sejumlah bantuan pun telah dipanggil untuk mencari Boeing 737. Namun, mereka justru menemukan penampakan pesawat yang telah hancur akibat benturan.

Bagian-bagian mesin, potongan badan pesawat, serta kursi penumpang terbang melintasi lereng bukit, menyebabkan kebakaran.

Mayat 127 penumpang dan lima awaknya juga tampak tercabik-cabik serta terlempar ke semak-semak dan pepohonan.

Menurut saksi, pesawat jatuh dengan bagian depan menghadap ke bawah. Saksi juga melihat adanya api hingga merasakan gemuruh saat pesawat menghantam permukaan tanah.

"Rumah kami bergemuruh. Itu seperti raungan yang sangat keras,” kata Mary Ann Koren, salah satu saksi mata.

Sementara itu, lantaran lokasi kecelakaan di antara pepohonan di puncak bukit, penyelamat harus memotong jalan untuk menemukan reruntuhan.

Truk pemadam kebakaran dan tim penyelamat juga dikerahkan menuju lokasi bersama buldoser.

Baca juga: Petugas Bandara Texas Tewas Tersedot Mesin Pesawat Delta Airlines

Kegagalan fungsi kemudi

Parahnya kecelakaan dan fakta bahwa jenazah tercecer menyebabkan Dewan Keselamatan Transportasi Nasional AS (NTSB) menyebutnya sebagai bencana alam.

Perekam suara kokpit (CVR) maupun perekam data penerbangan yang ditemukan juga digunakan untuk membantu menginvestigasi apa yang salah dalam Penerbangan 427.

Hasilnya, saat mendekati Pittsburgh, pesawat hampir bertabrakan dengan penerbangan milik Delta Air Lines.

Namun, FAA menetapkan bahwa pusaran dari penerbangan itu tidak cukup kuat untuk menyebabkan USAir mengubah arahnya.

Perubahan arah yang tiba-tiba sebelum pesawat terhenti dan menukik membuat penyelidik fokus pada posisi pedal kemudi.

Baca juga: Kronologi Jatuhnya Pesawat yang Diduga Bawa Bos Wagner Prigozhin, Sempat Menukik Selama 30 Detik

Setelah memeriksa CVR, perwakilan dari Boeing mengira pilot kemungkinan besar salah menginjak pedal.

Kendati demikian, USAir dan serikat pilot menyangkal, dan mengatakan bahwa hal tersebut pasti merupakan kegagalan fungsi.

Setelah penyelidikan kecelakaan yang membutuhkan waktu empat setengah tahun, NTSB menetapkan bahwa kemudi tidak berfungsi karena berputar dan macet pada posisi yang berlawanan dengan perintah pilot.

Badan tersebut kemudian merekomendasikan desain ulang kontrol kemudi dan sistem cadangan untuk mencegah kecelakaan serupa.

Selain itu, turut menyerukan untuk memperbarui semua perekam data penerbangan, serta pelatihan baru bagi pilot terkait cara menghadapi kemudi yang macet.

FAA kemudian meminta agar Boeing mendesain ulang kemudi untuk semua model 737, yang saat itu berdampak pada 3.400 pesawat di Amerika Serikat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com