Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menteri Ajak Masyarakat Tinggalkan Kendaraan Pribadi untuk Atasi Polusi Udara, Warganet Singgung soal Mobil Dinas

Kompas.com - 05/09/2023, 06:15 WIB
Alinda Hardiantoro,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

"Imbauan itu hanya gestur politik simbolik yang dibuat lebih tepatnya dalam kondisi panik. Padahal sebenarnya yang kita butuhkan dan ini harusnya dilakukan sejak dulu, adalah soal kajian penyebab sekaligus alternatif alternatif untuk mengatasi polusi udara itu," kata dia.

Baca juga: Kualitas Udara Jakarta Buruk, Ini Cara Mencegah Infeksi Pernapasan

Tidak berbasis riset

Gabriel juga mengatakan, imbauan para menteri supaya masyarakat meninggalkan kendaraan pribadi itu tidak berbasis pada riset terkait penyebab polusi udara di ibu kota.

"Kalau itu berhenti dengan sekadar imbauan, enggak ada rumusnya di dalam kehidupan bernegara kita meminta seseorang untuk melakukan perubahan perilaku yang sudah lama dipraktikkan hanya dengan imbauan," terangnya.

Dengan kata lain, pemerintah memerlukan sesuatu yang strategis dan harus diikuti dengan kebijakan yang tegas berbasis regulasi.

Baca juga: Apa yang Dimaksud dengan Uji Emisi Kendaraan Bermotor? Berikut Penjelasannya

Selain itu, Gabriel menyatakan bahwa untuk mengubah kebiasaan tersebut, dibutuhkan sebuah keteladanan dari para menteri.

"Jadi kalau sudah ada aturan, sebaik apa pun aturan kalau tidak ada keteladanan, tidak akan bisa berjalan secara efektif," kata Gabriel.

Pasalnya, masyarakat Indonesia masih hidup dalam budaya paternalistik yang sangat tinggi. Budaya paternalistik merupakan suatu sistem yang menempatkan pimpinan sebagai pihak yang paling dominan.

Artinya, jika pemimpinnya memberikan contoh, maka masyarakat akan mengikutinya. Begitu juga sebaliknya.

Baca juga: Ini Masker yang Efektif untuk Tangkal Polusi Udara

Di sisi lain, pemerintah juga perlu menyediakan alternatif jika serius ingin mengubah kebiasaan masyarakat menggunakan kendaraan pribadi.

"(Misalnya) kalau saya dilarang menggunakan kendaraan pribadi, apa alternatif yang sudah disiapkan oleh pemerintah bagi saya?" tanya Gabriel.

Alternatif itu bisa dalam bentuk peningkatan kenyamanan dan keamanan transportasi umum.

Diberitakan sebelumnya, Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan bahwa penyebab kualitas udara di DKI Jakarta dan sekitarnya buruk karena asap kendaraan bermotor dan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU).

"Jadi dikonfirmasi kembali bahwa angka-angka yang dilihat sebagai sumber pencemaran atau pun penurunan kualitas udara Jabodetabek yaitu 44 persen kendaraan, 34 persen PLTU dan sisanya adalah lain-lain, termasuk dari rumah tangga, pembakaran dan lain-lain," ucapnya.

Baca juga: Puncak Musim Kemarau, Karhutla, dan Wilayah yang Berpotensi Alami Kekeringan...

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Terkini Lainnya

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Matahari Tepat di Atas Kabah, Saatnya Cek Arah Kiblat

Tren
Kekuasaan Sejarah

Kekuasaan Sejarah

Tren
Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Kisah Alfiana, Penari Belia yang Rela Sisihkan Honor Demi Berhaji, Jadi Salah Satu Jemaah Termuda

Tren
Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Jokowi Luncurkan Aplikasi Terpadu INA Digital, Bisa Urus SIM, IKD, dan Bansos

Tren
Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Biaya UKT Universitas Muhammadiyah Maumere, Bisa Dibayar Pakai Hasil Bumi atau Dicicil

Tren
Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Pegi Bantah Telah Membunuh Vina, Apakah Berpengaruh pada Proses Hukum?

Tren
Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Singapura Tarik Produk Kacang Impor Ini karena Risiko Kesehatan, Apakah Beredar di Indonesia?

Tren
Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Maskot Pilkada DKI Jakarta Disebut Mirip Kartun Shimajiro, KPU Buka Suara

Tren
Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Ramai di Media Sosial, Bagaimana Penilaian Tes Learning Agility Rekrutmen BUMN?

Tren
Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Batalkan Kenaikan UKT, Nadiem: Kalau Ada Kenaikan Harus Adil dan Wajar

Tren
Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Buntut Pencatutan Nama di Karya Ilmiah, Kumba Digdowiseiso Dicopot dari Dekan dan Dosen FEB Unas

Tren
Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Alasan Nadiem Makarim Batalkan Kenaikan UKT Perguruan Tinggi Tahun Ini

Tren
Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Cara Melihat Nomor Sidanira untuk Daftar PPDB Jakarta 2024

Tren
Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Kronologi Balita 2 Tahun di Sidoarjo Meninggal Usai Terlindas Fortuner Tetangga

Tren
Sosok Kamehameha, Jurus Andalan Son Goku yang Ada di Kehidupan Nyata

Sosok Kamehameha, Jurus Andalan Son Goku yang Ada di Kehidupan Nyata

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com