Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Fatma Puspita
Analis Kebijakan Madya Kemenko Marves

orang Indonesia

Menangani Polusi Udara ala Beijing

Kompas.com - 25/08/2023, 14:31 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

BEIJING telah membuat kemajuan besar dalam membatasi emisi kendaraan dan mendorong mobilitas listrik yang berdampak meningkatkan kualitas udara bagi lebih dari 20 juta warganya.

Kita dapat belajar dari ketegasan dan konsistensi pemerintah Beijing untuk mengelola polusi.

Pertumbuhan Beijing pada awal 1990-an, tidak hanya dalam hal jumlah penduduk—yang saat itu sudah sekitar 13,6 juta jiwa—tapi juga dalam industri, pembangunan infrastruktur, kebutuhan energi memacu peningkatan penggunaan batu bara.

Perbaikan ekonomi berkorelasi dengan meningkatnya jumlah mobil di jalan. Akibatnya, polusi udara meningkat. Menangani hal ini, pemerintah kota Beijing meluncurkan serangkaian tindakan.

Tindakan tersebut meliputi penerbitan laporan kualitas udara mingguan dan menetapkan jalur komprehensif untuk menghentikan polusi udara di sumbernya.

Hal ini mencakup penegakan hukum, perencanaan sistematis, standar lokal yang ketat, dan keterlibatan masyarakat.

Polusi udara bukanlah sesuatu yang muncul tiba-tiba dan solusinya tidak bisa secara tiba-tiba pula.

Rangkaian aksi yang dicanangkan Beijing saat itu melibatkan semua sumber polusi: mulai dari PLTU, konstruksi (industri semen juga menyumbang polusi dari debu industri), hingga rumah tangga.

Namun sektor transportasi merupakan bagian penting dari masalah ini seiring dengan meningkatnya kepemilikan kendaraan. Sederhananya, yang dihadapi Beijing saat itu, sama dengan yang dihadapi Jakarta saat ini.

Luas Beijing sekitar 16.000 kilometer per segi, Jakarta ‘hanya’ 7.659 kilometer per segi, di mana 664 kilometer per segi berupa daratan dan sisanya perairan.

Jumlah penduduk Beijing saat ini sekitar 21 juta jiwa, Jakarta sekitar 10,5 juta jiwa. Meskipun lebih kecil, masalah yang dihadapi Jakarta untuk mengelola sampah dan polusi, sangatlah kompleks.

Meskipun sumber polusinya tidak jauh berbeda, penanganan polusi Beijing sedikit berbeda dengan Jakarta.

Dalam rapat penanganan polusi udara yang dihelat pada 18 Agustus 2023, berbagai media memuat luaran rapat tersebut berupa penggunaan kendaraan listrik untuk pejabat DKI Jakarta setingkat Eselon IV keatas, kebijakan work from home untuk ASN DKI Jakarta, dan rencana modifikasi cuaca.

Proses perbaikan kualitas udara Beijing memerlukan waktu beberapa dekade. Setelah pencanangan pada era 90-an, tahun 2008, ketika Beijing menjadi tuan rumah Olimpiade, kualitas udara sudah lebih baik.

Jakarta pada September 2023, juga akan menjadi tuan rumah KTT ASEAN. Sudah tinggal menghitung hari untuk percepatan perbaikan kualitas udara demi kelancaran KTT ASEAN.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Deretan Insiden Pesawat Boeing Sepanjang 2024, Terbaru Dialami Indonesia

Tren
Asal-usul Gelar 'Haji' di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Asal-usul Gelar "Haji" di Indonesia, Warisan Belanda untuk Pemberontak

Tren
Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar 'Money Politics' Saat Pemilu Dilegalkan

Sosok Hugua, Politisi PDI-P yang Usul agar "Money Politics" Saat Pemilu Dilegalkan

Tren
Ilmuwan Temukan Eksoplanet 'Cotton Candy', Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Ilmuwan Temukan Eksoplanet "Cotton Candy", Planet Bermassa Sangat Ringan seperti Permen Kapas

Tren
8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

8 Rekomendasi Makanan Rendah Kalori, Cocok untuk Turunkan Berat Badan

Tren
Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Kronologi dan Fakta Keponakan Bunuh Pamannya di Pamulang

Tren
Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Melihat 7 Pasal dalam RUU Penyiaran yang Tuai Kritikan...

Tren
El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

El Nino Diprediksi Berakhir Juli 2024, Apakah Akan Digantikan La Nina?

Tren
Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Pria di Sleman yang Videonya Viral Pukul Pelajar Ditangkap Polisi

Tren
Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Soal UKT Mahal Kemendikbud Sebut Kuliah Pendidikan Tersier, Pengamat: Terjebak Komersialisasi Pendidikan

Tren
Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Detik-detik Gembong Narkoba Perancis Kabur dari Mobil Tahanan, Layaknya dalam Film

Tren
7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

7 Fakta Menarik tentang Otak Kucing, Mirip seperti Otak Manusia

Tren
Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Cerita Muluwork Ambaw, Wanita Ethiopia yang Tak Makan-Minum 16 Tahun

Tren
Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Mesin Pesawat Garuda Sempat Terbakar, Jemaah Haji Asal Makassar Sujud Syukur Setibanya di Madinah

Tren
Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Ada Vitamin B12, Mengapa Tidak Ada B4, B8, B10, dan B11?

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com