Bentuk swipe pada aplikasi kencan yang adiktif ini menjebak kita dalam lingkaran pencarian pasangan. Terlebih, jika kita mendapat respons yang baik setelah melakukan obrolan dengan orang baru. Schüll juga menambahkan perasaan candu ini semakin menguat jika kita mendapat umpan balik yang cepat.
Padahal, saat ini banyak aplikasi kencan yang tak digunakan semestinya. Aplikasi kencan kini banyak disalahgunakan untuk aktivitas lainnya, misalnya penipuan yang terkenal “Tinder Swindler”.
Meskipun ada beberapa pasangan yang berhasil menjalin hubungan lewat aplikasi kencan, namun aplikasi ini juga memiliki sisi buruk yang dapat merugikan kita. Melansir Make Use Of, ada beberapa sisi buruk dari aplikasi ini.
Baca juga: Menjadi “Social Justice Warrior” di Indonesia
Pertama, aplikasi kencan dapat menyebabkan stres dan rasa cemas berlebihan. Hal ini terlihat jika kita telah melakukan banyak usaha untuk mengobrol dengan calon pasangan namun tak menunjukkan progress hubungan yang baik.
Kedua, aplikasi kencan bisa menurunkan tingkat produktivitas kita. Terlebih, jika kita sudah kecanduan yang artinya bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk memandangi aplikasi itu. Dorongan inilah yang akan membuat kehidupan di dunia nyata akan semakin semu.
Ketiga, pengguna aplikasi kencan cenderung mudah khawatir dengan bentuk tubuh mereka. Hal ini disebabkan mereka terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan berusaha membuat penampilannya lebih baik agar mampu menarik banyak orang.
Lantas, bagaimana pendapat Kukuh dan Dwik seputar aplikasi kencan daring?
Dengarkan perbincangan lengkapnya hanya melalui siniar Balada +62 episode “Kukuh & Dwik Ketagihan Dating Apps” dengan tautan dik.si/Balada62S2E4 di YouTube dan Noice.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.