Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Jaya Suprana
Pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan

Penulis adalah pendiri Sanggar Pemelajaran Kemanusiaan.

Tradisi Menikahkan Satwa dan Puspa

Kompas.com - 23/07/2023, 21:42 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

SYUKUR Alhamdullilah, kasus polemik pernikahan anjing di hotel mewah sudah selesai setelah pihak penyelenggara secara terbuka memohon maaf dan berjanji tidak akan mengulang penyelenggaraan acara yang melukai perasaan banyak pihak tersebut.

Di sisi lain, melalui WAG Viranegari Nusantara, budayawan Caprianus Lilik KP berbagi beberapa berita tentang tradisi menikahkan satwa dan puspa sebagai ungkapan kebudayaan masyarakat pedesaan Nusantara.

Masyarakat Desa Pelem, Kecamatan Campurdarat, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur, memiliki tradisi unik, yakni "Temanten Kucing".

Pada pelaksanaannya, seekor kucing jantan dan seekor kucing betina dipertemukan menjadi pasangan pengantin.

Prosesi "Temanten Kucing" diawali dengan kirab sepasang kucing yang diletakkan dalam kendang dibawa oleh sepasang pengantin manusia laki-laki dan perempuan. Di belakangnya, para tokoh desa berjajar mengenakan pakaian adat Jawa.

Sebelum dipertemukan, kucing jantan dan kucing betina itu dimandikan di telaga yang sudah ditaburi bunga. Setelah selesai dimandikan, kedua kucing tersebut diarak menuju lokasi pelaminan.

Sepasang manusia laki-laki dan perempuan duduk bersanding di kursi pelaminan, sementara dua pengantin kucing diletakkan di pangkuannya.

Upacara pernikahan ditandai pembacaan doa-doa yang dilakukan sesepuh desa setempat. Selanjutnya, prosesi "Temanten Kucing" dilanjutkan dengan pagelaran seni tradisional Langen Tayub.

Tujuan penyelenggaraan upacara pernikahan kucing tersebut bersifat bukan pamer kemewahan, namun kultural, spiritual, metereologis sekaligus agraris, yaitu memohon hujan kepada Yang Maha Kuasa.

Ada pula masyarakat pedesaan yang menyelenggarakan upacara pernikahan sapi yang dipersiapkan sebagai hewan kurban.

Saya sendiri pernah menyaksikan pergelaran kethek ogleng alias topeng monyet di mana dua kera didandani seperti sepasang pengantin demi menghibur para penonton dengan tontonan jenaka.

Bahkan ternyata yang dinikahkan di Desa Suruh, Kecamatan Tasikmadu, Kabupaten Mojokerto bukan hewan, namun tanaman tebu sebagai upacara pemberkatan proses penggilingan tebu agar hasilnya berlimpah-ruah.

Segenap fakta tersebut merupakan bukti betapa kreatif masyarakat pedesaan Indonesia dalam mengolah kearifan lokal menjadi acara kebudayaan yang potensial didayagunakan sebagai daya tarik industri pariwisata dan ekonomi kreatif Indonesia tidak kalah potensial ketimbang K-Pop dan Drakor yang terbukti sukses diekspor oleh pemerintah Korea Selatan ke seluruh dunia, termasuk Indonesia.

Mohon jangan salah-tafsirkan naskah ini berniat membenarkan perilaku hedonisme flexing pamer kekayaan upacara pernikahan anjing di hotel mewah.

Naskah sederhana ini berniat menghormati harkat dan martabat kesenian rakyat yang sudah memenuhi syarat ojo dumeh, empan papan, ngono yo ngono ning ojo ngono untuk diterima sebagai warisan kebudayaan Nusantara demi menjunjung langit di atas bumi dipijak.

Tradisi pernikahan kucing di Tulungagung dan pernikahan tebu di Mojokerto murni merupakan ungkapan kreatifitas kearifan lokal sebagai kebudayaan rakyat yang tulus tumbuh-kembang di atas lahan peradaban adiluhur bangsa Indonesia. MERDEKA!

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com