Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tantan Hermansah
Dosen

Pengajar Sosiologi Perkotaan UIN Jakarta

Generasi "Tanpa Negara"

Kompas.com - 21/07/2023, 10:47 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Apakah peristiwa ini akan mengganggu sistem demografi negara asal? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu harus mempertimbangkan berbagai faktor.

Salah satunya adalah faktor demografi tersendiri. Di mana pada daerah-daerah atau negara-negara yang mengalami penurunan penduduk, tentu setiap kepindahan seperti itu akan mengganggu struktur penduduk dan masa depan negara tersebut.

Akan tetapi jika untuk kasus Indonesia, negara dengan pertumbuhan penduduknya yang di atas 1 persen per tahun (dari 270 jutaan jiwa), maka kepindahan para penduduk sebenarnya tidak menggangu sama sekali.

Bahkan dengan adanya perpindahan penduduk Indonesia yang kemudian menjadi warga negara tertentu yang jauh lebih makmur, tentu lebih baik. Istilahnya, ketimbang miskin di negeri sendiri, maka lebih baik sejahtera di negeri orang.

Namun fenomena ini juga mengindikasikan bahwa, jika jumlah WNI pindah kewarganegaran semakin besar, maka kedepan kita akan menemukan dan mendapatkan suatu “generasi tanpa negara”.

Negara dalam artian tertentu: hanya dimaknai sebagai ruang tempat di mana dia dilahirkan saja.

Negara bisa jadi bukan lagi sebagai ruang bertumbuh membangun kebudayaan apalagi ideologi, atau bagian bentuk keterikatan pada satu area atau wilayah tertentu.

Sementara di sisi lain fungsi negara, terlebih pada masa mendatang, hanya akan berkutat pada masalah administrasi penduduk, memastikan keamanan dan kenyamanan mereka yang berada di wilayahnya, serta bisa memastikan warga negaranya memiliki masa depan lebih baik.

Kalau fungsi-fungsi tersebut sudah memudar apalagi tidak dirasakan secara riil oleh warganya, bahkan kemudian para penguasa menunjukkan kepongahan secara terbuka untuk melakukan tindakan-tindakan yang mencederai nilai-nilai utama bernegara, seperti korupsi, kriminal dan lain sebagainya, maka eksodus dari suatu negara ke negara lain yang jauh lebih aman bukan hanya tidak bisa dicegah, tetapi bisa menjadi suatu keharusan.

Pertanyaan kemudian adalah apakah negara Indonesia memang sedang mengalami kondisi di mana keamanan dan kenyamanan serta ruang untuk mendapatkan dan meraih kesejahteraan demikian sulit? Tentu ini perlu verifikasi lebih jauh.

Namun jika melihat fakta yang ada, beberapa motivasi kepindahan warga negara dari Indonesia ke negara lain lebih banyak dilatari persoalan kesejahteraan, bukan persoalan politik.

Sehingga dari sini apa yang ditunjukkan oleh ribuan WNI yang berpindah warga negara merupakan koreksi kritis atas apa yang dilakukan oleh pemerintah selama ini.

Perlu dipahami juga bahwa hal ini juga bukan fenomena yang hadir sesaat. Ada proses yang mengantarkan dan mengawalinya, dan kemudian mengkristal menjadi keputusan dan aksi dari para pelaku yang akhirnya memilih keluar dari bingkai NKRI.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Terkini Lainnya

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Sarkofagus Ramses II Ditemukan berkat Hieroglif dengan Lambang Nama Firaun

Tren
Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Kapan Pengumuman Tes Online Tahap 2 Rekrutmen Bersama BUMN 2024?

Tren
Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Saat Korea Utara Terbangkan Balon Udara Berisi Sampah dan Kotoran ke Wilayah Korsel...

Tren
China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

China Hukum Mati Pejabat yang Terima Suap Rp 2,4 Triliun

Tren
Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Kandungan dan Kegunaan Susu Evaporasi, Kenali Pula Efek Sampingnya!

Tren
Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Pekerja Tidak Bayar Iuran Tapera Terancam Sanksi, Apa Saja?

Tren
Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Pedangdut Nayunda Minta ke Cucu SYL agar Dijadikan Tenaga Honorer Kementan, Total Gaji Rp 45 Juta

Tren
Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Berapa Gaji Komite BP Tapera? Ada Menteri Basuki dan Sri Mulyani

Tren
Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Daftar Orang Terkaya Indonesia Versi Forbes dan Bloomberg Akhir Mei 2024

Tren
Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Cara Download Aplikasi JMO (Jamsostek Mobile), Bayar Iuran BPJS Ketenagakerjaan Jadi Lebih Mudah

Tren
Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Syarat Kredit Rumah Pakai Tapera dan Kelompok Prioritas Penerimanya

Tren
Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

Biar Ibadah Haji Lancar, Ini 4 Hal yang Wajib Dipersiapkan Jemaah

BrandzView
Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Israel Klaim Kuasai Koridor Philadelphia, Berisi Terowongan untuk Memasok Senjata ke Hamas

Tren
KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

KCIC Luncurkan Frequent Whoosher Card untuk Penumpang Kereta Cepat, Tiket Bisa Lebih Murah

Tren
Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa '1.000 Persen' dan Umrah Tiap Saat

Intip Kehidupan Mahasiswa Indonesia di UIM Madinah, Beasiswa "1.000 Persen" dan Umrah Tiap Saat

Tren
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com