Meski hingga kini penyebab kematian Bruce Lee masih misterius, sejumlah teori tersiar mencoba menebak-nebak apa yang sebenarnya terjadi.
Dilansir dari South China Morning Post, berikut empat teori terkenal mengenai penyebab kematian Bruce Lee:
Saat Bruce Lee meninggal pada 1973, para dokter di Rumah Sakit Queen Elizabeth Hong Kong mengaitkannya dengan edema serebral atau pembengkakan otak.
Kondisi yang mengancam jiwa tersebut merupakan cara tubuh bereaksi terhadap trauma, stroke, maupun infeksi.
Menurut artikel Post tertanggal 19 September 1973, jejak ganja ditemukan di perut dan usus halus Lee saat dia meninggal.
Akibatnya, beberapa dokter Hong Kong percaya bahwa pembengkakan otak kemungkinan disebabkan oleh konsumsi ganja.
Lee sebelumnya telah didiagnosis menderita pembengkakan otak pada 10 Mei, dua bulan sebelum kematiannya.
Kala itu, dia pingsan di sebuah studio film untuk mengisi suara Enter the Dragon dan berada dalam kondisi kritis.
Aktor ini diketahui telah mengkonsumsi ganja, pingsan di kamar mandi, kemudian muntah dan pingsan lagi sebelum dibawa ke rumah sakit.
Di rumah sakit, Lee dirawat oleh ahli bedah saraf Peter Wu, yang percaya bahwa penggunaan ganja merupakan faktor potensial dalam pembengkakan otak Lee.
Namun, penggunaan ganja tetap menjadi sebuah spekulasi lantaran tidak ada hubungan sebab akibat yang pernah didokumentasikan antara ganja dan edema serebral.
Sebelum Bruce Lee meninggal, dia berada di rumah aktris Betty Ting Pei di Beacon Hill Road, Kowloon, Hong Kong. Saat itu, Lee sempat mengeluh sakit kepala parah.
Dia kemudian mengisap ganja. Sementara Ting, untuk menghilangkan rasa sakit Lee, memberinya pil Equagesic yang mengandung meprobamate dan aspirin.
Lee selanjutnya berbaring untuk beristirahat, tetapi Ting tidak dapat menyadarkan Lee pada malam harinya.
Patolog terkemuka, Robert Donald Teare mengusulkan, Lee kemungkinan terkena hipersensitivitas terhadap aspirin atau meprobamate dalam obat, yang menyebabkan edema serebral.
Teori ini turut dikuatkan Ray Richard Lycette, seorang ahli patologi di Rumah Sakit Queen Elizabeth yang melakukan bedah mayat terhadap Lee.
Kendati demikian, aspirin atau meprobamate tidak dapat dipastikan sebagai penyebab kematian karena keduanya tidak diketahui menyebabkan pembengkakan otak.
Selain itu, Ting juga mengungkapkan bahwa Lee pernah menggunakan Equagesic sebelumnya.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Bruce Lee Meninggal Dunia dalam Usia 32 Tahun
Melalui biografi berjudul Bruce Lee: A Life, penulis Matthew Polly mengajukan teori lain atas penyebab kematiannya, yakni sengatan panas atau heatstroke.
Dua bulan sebelum kematiannya, Lee telah kehilangan 15 persen berat badan karena terlalu banyak bekerja. Bahkan, berat badannya kala itu hanya 54 kg.
Sang ahli bela diri ini juga telah mengangkat kelenjar keringat dari ketiaknya beberapa bulan sebelumnya untuk menghindari ketiak berkeringat di layar kaca.
Oleh karena itu, Polly mengungkapkan, kemampuan tubuh Lee untuk menghilangkan panas akan lebih rendah dari biasanya.
Sementara itu, pada 10 Mei 1973, saat Lee pingsan di studio, pendingin ruangan telah dimatikan untuk menghindari masalah suara pada rekaman.
Pada waktu itu, sang aktor menunjukkan suhu tubuh yang tinggi, lemas, muntah, kehilangan kesadaran, dan banyak gejala lain, yang konsisten terkait dengan tanda heatstroke.
Polly pun percaya bahwa pingsannya Lee untuk kedua kali dapat terjadi karena keadaan yang sama.
Pada 2022, sebuah penelitian yang diterbitkan dalam Clinical Kidney Journal mengklaim bahwa dugaan penyebab kematian Bruce Lee bisa adalah hiponatremia.
Dikutip dari IFL Science, hiponatremia adalah kondisi saat kadar natrium dalam darah lebih rendah dari normal.
Kondisi ini muncul ketika asupan cairan melebihi kapasitas ginjal untuk menyaring air keluar dari darah.
Akibatnya, tubuh menyimpan terlalu banyak air, sehingga melarutkan natrium dalam darah. Biasanya, hiponatremia terjadi saat seseorang banyak minum air dalam waktu yang singkat.
Meski belum ada bukti bahwa Lee minum banyak air dalam waktu singkat sebelum kematian, peneliti turut mengungkap beberapa faktor risiko hiponatremia, termasuk gaya hidup Lee.
Misalnya, beberapa klaim dari istri dan dokter Lee bahwa mendiang telah berhenti mengonsumsi makanan padat serta bertahan hidup hanya dengan wortel dan jus apel.
Pola makan rendah zat terlarut ini mungkin secara signifikan meningkatkan peluang Bruce Lee terkena hiponatremia.
Aktor legendaris ini juga dilaporkan menggunakan diuretik (obat pendorong produksi air seni) untuk membersihkan tubuhnya dari natrium dan membuat ototnya tampak lebih "robek".
Bukan hanya itu, sumber terdekat lain mengklaim, dia mulai minum 10-20 botol sake sehari, di bulan-bulan terakhir hidupnya.
Mempertimbangkan faktor gaya hidup ini, para peneliti mengatakan bahwa Lee mungkin mengalami edema serebral dua bulan sebelum kematian.
"Lee memiliki banyak faktor risiko yang menjadi predisposisi (keadaan mudah terjangkit oleh penyakit) hiponatremia akibat gangguan pada mekanisme homeostasis air yang mengatur asupan air dan ekskresi air," tulis mereka.
"Kami berhipotesis bahwa Bruce Lee meninggal karena bentuk khusus dari disfungsi ginjal, ketidakmampuan mengeluarkan air yang cukup untuk mempertahankan homeostasis air," lanjut mereka.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.