Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

UPDATE Banjir dan Longsor di Korsel: Korban Tewas Tembus 40 Orang, 10.765 Mengungsi

Kompas.com - 18/07/2023, 12:45 WIB
Benediktus Agya Pradipta,
Sari Hardiyanto

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Total korban tewas dalam bencana banjir dan longsor di Korea Selatan (Korsel) dilaporkan telah mencapai lebih dari 40 orang hingga Senin (17/7/2023) malam waktu setempat.

Bencana banjir dan longsor di Korsel itu dipicu oleh hujan lebat yang melanda Negeri Ginseng sejak pekan lalu.

Hujan lebat yang terjadi di beberapa daerah seperti Gongju dan Cheongyang itu menyebabkan sungai, waduk, dan air di bendungan meluap sehingga terjadilah bencana hebat.

Baca juga: Saat Penumpang Korsel Nekat Buka Paksa Pintu Pesawat di Tengah Penerbangan...

Sejauh ini, sudah ada 41 orang yang dilaporkan meninggal dunia akibat bencana banjir dan longsor di Korsel.

CBS News melaporkan, angka tersebut sudah melampaui rekor korban banjir di Korea Selatan yang terjadi pada tahun lalu (11 orang).

Menurut laporan Yonhap News, jumlah korban tahun ini kembali bertambah setelah ditemukan lima mayat di Terowongan Cheongju, Provinsi Chungcheong Utara, pada Senin malam.

Baca juga: Banjir di Alun-alun Suryakencana dan Penutupan Pendakian Gunung Gede Pangrango Mulai 15 Mei 2023


Baca juga: Ramai soal UMS Buka Cabang Kampus di Korea Selatan, Ini Penjelasannya

Korban jiwa terus bertambah

Terowongan Cheongju menjadi salah satu lokasi yang menjadi pusat perhatian di tengah situasi bencana banjir dan longsor di Korsel.

Semua bermula ketika sebuah tanggul jebol akibat permukaan air yang tak lagi terbendung dan membuat sungai di sekitar terowongan meluap.

Hal itu membuat Terowongan Cheongju dibanjiri air dan menjebak belasan kendaraan di dalamnya.

Pihak berwenang menyebutkan jumlah korban tewas dalam tragedi Terowongan Cheongju saat ini terdapat 14 orang, termasuk lima mayat yang baru ditemukan.

"Empat mayat lagi ditemukan dalam semalam, termasuk pengemudi bus yang tenggelam, dan satu mayat lagi ditemukan pada pukul 20.10, sehingga jumlah korban tewas (dalam Terowongan Cheongju) bertambah menjadi 14 orang," demikian laporan Yonhap News.

Baca juga: Spesifikasi Pesawat Latih Tempur TNI AU T-50i Golden Eagle dari Korea Selatan

Lebih dari 10.000 orang mengungsi

Foto selebaran yang diambil dan dirilis pada tanggal 16 Juli 2023 oleh Badan Pemadam Kebakaran Nasional ini menunjukkan para petugas penyelamat Korea Selatan sedang mencari orang-orang yang hilang setelah tanah longsor menghantam sebuah desa kecil setelah hujan lebat di Yecheon. Sedikitnya 26 orang tewas dan 10 lainnya hilang setelah hujan lebat menyebabkan banjir dan tanah longsor di Korea Selatan, kata para pejabat pada tanggal 16 Juli, ketika petugas penyelamat terus berjuang untuk menjangkau orang-orang yang terperangkap di terowongan yang terendam banjir.HANDOUT/National Fire Agency/AFP Foto selebaran yang diambil dan dirilis pada tanggal 16 Juli 2023 oleh Badan Pemadam Kebakaran Nasional ini menunjukkan para petugas penyelamat Korea Selatan sedang mencari orang-orang yang hilang setelah tanah longsor menghantam sebuah desa kecil setelah hujan lebat di Yecheon. Sedikitnya 26 orang tewas dan 10 lainnya hilang setelah hujan lebat menyebabkan banjir dan tanah longsor di Korea Selatan, kata para pejabat pada tanggal 16 Juli, ketika petugas penyelamat terus berjuang untuk menjangkau orang-orang yang terperangkap di terowongan yang terendam banjir.
Selain itu, dari total 41 korban jiwa yang telah dilaporkan, 19 orang di antaranya berasal dari Provinsi Gyeongsang Utara.

Pusat penanggulangan Bencana dan Keselamatan juga mengungkapkan adanya korban hilang sebanyak 9 orang dan 34 orang luka-luka.

Banjir dan longsor di Korsel juga memaksa ribuan penduduk mengungsi dari rumah.

Sebanyak 10.765 orang dilaporkan harus mengungsi setelah rumah yang mereka tempati rusak akibat banjir dan longsor.

Sekitar 789 fasilitas umum dan 352 properti pribadi dilaporkan rusak akibat bencana tersebut.

Baca juga: 10 Bencana Alam Terbesar yang Pernah Terjadi di Dunia

Suara keluarga korban di Terowongan Cheongju

Keluarga korban tragedi Terowongan Cheongju bersikap kritis terhadap Pemerintah Provinsi Chungcheong Utara.

Bahkan, mereka menuduh tragedi di Terowongan Cheongju adalah dampak dari bencana yang sengaja dibuat manusia karena pihak berwenang tidak menutup terowongan saat hujan deras melanda.

Lalu, Pemerintah Provinsi Chungcheong Utara merespons dengan mengatakan bahwa penutupan terowongan tidak selalu diperlukan dalam kondisi tersebut.

"Tidak selalu wajib menerapkan pembatasan masuk (terowongan) jika ada peringatan banjir," kata seorang pejabat provinsi bernama Kang Jong-geun, dikutip dari The Guardian.

"Kami meninjau situasi jalan secara keseluruhan dan mengambil keputusan berdasarkan pemantauan ketat. Tampaknya tidak ada masalah khusus sampai jebolnya tanggul, dan karena aliran air yang cepat, kami tidak punya cukup waktu untuk menghentikan mobil masuk," tutur Kang menjelaskan.

Baca juga: Anak Berusia 2 Tahun Dihukum Seumur Hidup di Korea Utara, Ini Alasannya

Presiden Yoon Suk-yeol marah dan kritik pemerintah daerah

Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. Korea Selatan pada Jumat (11/11/2022) membantah laporan bahwa mereka akan menjual peluru artileri untuk digunakan oleh pasukan Ukraina.CHUNG SUNG-JUN/POOL GETTY IMAGES ASIAPAC/DPA/PICTURE ALLIANCE via DW INDONESIA Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol. Korea Selatan pada Jumat (11/11/2022) membantah laporan bahwa mereka akan menjual peluru artileri untuk digunakan oleh pasukan Ukraina.

Presiden Korea Selatan, Yoo Suk-yeol, memberikan pernyataan keras dan menyalahkan pihak berwenang di tingkat daerah yang dinilainya memiliki persiapan buruk dan tidak mengikuti aturan tanggap bencana.

Menurutnya, keselamatan publik akan sulit terjamin apabila prinsip dasar tanggap bencana tidak diterapkan secara benar dan konsisten.

"Kami telah berulang kali menekankan kontrol akses di daerah berbahaya dan evakuasi pencegahannya, tetapi jika prinsip dasar tanggap bencana tidak dipertahankan, sulit untuk memastikan keselamatan publik," ujar Presiden Yoon dalam pertemuan intralembaga, Senin.

Baca juga: Benarkah Ginseng Bisa Kabur dan Melompat? Ini Penjelasan Ahli Botani

Selain itu, Presiden Yoon juga menuntut setiap pihak untuk selalu siap terhadap setiap bencana dan kondisi seperti cuaca ekstrem yang saat ini melanda Korsel.

Presiden Yoon menyebut cuaca ekstrem akan menjadi peristiwa yang rutin terjadi dan tak bisa dihindari sehingga semua pihak harus siap menghadapi setiap potensi bencana.

"Peristiwa cuaca ekstrem semacam ini akan menjadi hal biasa terjadi. Kita harus menerima perubahan iklim yang sedang terjadi dan menghadapinya," tutur Presiden Yoon yang juga menyuarakan tekad kuat untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan respons negara dalam menanggapi bencana.

Baca juga: Apa Saja Potensi Bencana di Bentangan Sesar Cimandiri?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com