Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Indonesia Akan Menyusul, Ini Daftar Negara yang Pernah Redenominasi Mata Uang

Kompas.com - 28/06/2023, 15:30 WIB
Diva Lufiana Putri,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Bank Indonesia dipastikan akan tetap melakukan redenominasi rupiah sesuai rencana.

Diberitakan Kompas.com, Jumat (23/6/2023), Gubernur BI Perry Warjiyo mengungkapkan, telah mempersiapkan redenominasi sejak lama.

BI sebagai bank sentral juga hanya tinggal menunggu waktu yang tepat untuk menerapkan mata uang rupiah redenominasi.

Redenominasi sendiri merupakan penyederhanaan mata uang suatu negara, tanpa mengubah nilai tukarnya.

Misalnya, berdasarkan rencana BI, nominal Rp 1.000 akan diredenominasi menjadi Rp 1, uang Rp 10.000 menjadi Rp 10, serta Rp 100.000 menjadi Rp 100.

"Kami dari dulu sudah siap, jadi redenominasi itu sudah kami siapkan dari dulu masalah desainnya, kemudian juga tahapan-tahapannya itu sudah kami siapkan sejak dari dulu secara operasional dan bagaimana untuk langkah-langkahnya," kata Perry dalam konferensi pers, Kamis (22/6/2023).

Sebelum Indonesia, beberapa negara di dunia juga pernah melakukan redenominasi terhadap mata uang masing-masing.

Lantas, mana saja negara yang melakukan redenominasi mata uang?

Baca juga: Wacana Redenominasi Rupiah, Apa Risikonya?


Negara yang pernah redenominasi mata uang

Umumnya, langkah menyederhanakan mata uang diambil untuk membantu memperbaiki situasi ekonomi.

Turkiye, China, dan Yunani tercatat pernah melakukan redenominasi pada mata uang mereka.

Berikut sejumlah negara yang melakukan redenominasi mata uang, seperti dikutip dari laman FXSSI:

1. Turkiye

Mata uang Turkiye, lira Turkiye, pernah mengalami redenominasi pada 2005 dengan nilai mencapai 1.000.0000 menjadi 1.

Sebelumnya, pada 1946, nilai tukar lira Turkiye terhadap 1 dollar AS adalah 2,8 lira. Namun, pada 1970, nilai mata uang ini mulai jatuh.

Inflasi tinggi dalam kurun waktu 1970-2005 turut mengakibatkan depresiasi mata uang nasional yang parah.

Hingga pada 1990, 1 dollar AS bernilai sama dengan 2.500 lira Turkiye. Angka tersebut kembali naik drastis mencapai 1,35 juta lira Turkiye pada 2005.

Dengan tingkat inflasi tahunan 38 persen, lira menjadi mata uang paling tidak berharga pada rentang 1995-1996 dan 1999-2004.

Pemerintah kemudian melakukan kebijakan redenominasi pada 2005 bersamaan dengan perubahan mata uang lama menjadi lira baru, yakni 1 juta lira menjadi 1 lira baru.

Namun, pada 2009, pemerintah setempat memutuskan untuk menghapus label "baru" pada mata uang lira Turkiye.

Baca juga: Wajah Lionel Messi Diusulkan Jadi Ikon Mata Uang Kertas Argentina

2. China

Pada 1948-1949, China mengalami hiperinflasi yang berkepanjangan akibat perang China-Jepang serta perang saudara.

Saat itu, mata uang yuan lama terdepresiasi parah karena uang kertas dicetak dalam jumlah besar untuk menutupi pengeluaran militer yang meningkat.

Hingga pada 1948, golden yuan alias yuan baru diperkenalkan untuk menggantikan mata uang lama dengan kurs 3.000.000 berbanding 1.

Golden yuan kala itu sangat rentan terhadap hiperinflasi lantaran persiapan cetak yang tidak memadai dan kegagalan menegakkan batas penerbitan.

Inflasi juga terus meningkat pesat, meski pemerintah berusaha membekukannya.

Pada hari-hari terakhir perang saudara, pemerintah China kemudian memperkenalkan yuan perak dengan nilai 1 berbanding 500.000.000.

Namun, mata uang baru tersebut hanya beredar di beberapa bagian negara dan ditangguhkan beberapa bulan kemudian karena perubahan situasi politik.

Pada pertengahan 1949, pemerintah baru menetapkan renminbi sebagai mata uang nasional yang baru.

Hingga saat hiperinflasi telah berhenti, pemerintah melakukan redenominasi dengan menukar 10.000 yuan lama menjadi 1 yuan modern pada 1955.

Baca juga: 10 Mata Uang Kripto Paling Bernilai di Dunia

3. Yunani

Redenominasi besar sempat terjadi di Yunani pada 1944, setelah negara ini bebas dari penjajah Poros. Kala itu, mata uang drachma Yunani diredenominasi sebanyak 50 miliar kali.

Namun, inflasi tajam mulai terjadi pada April 1941, saat pasukan Jerman menginvasi Yunani.

Selama masa pendudukan, sebagian besar barang dari sektor pertanian, mineral, dan industri digunakan untuk mendukung kekuatan Poros dan menyediakan perbekalan untuk Korps Afrika.

Oleh karena itu, produk tersebut dijual dengan harga yang sangat rendah, dan nilai ekspornya pun turun secara signifikan.

Demi menaikkan harga, pasukan pendudukan menuntut lebih banyak drachma untuk menutupinya.

Yunani akhirnya menghadapi tingkat inflasi tertinggi sebesar tiga kali 10 miliar persen. Jika ditukar untuk 1 dollar AS, mata uang drachma lama memiliki nilai Rp 50 miliar.

Untuk itu, pada Mei 1954, mata uang tersebut diredenominasi pada tingkat 1.000 berbanding 1. Hingga pada 2001, drachma pun kemudian diganti menjadi mata uang euro.

Baca juga: Ramai soal Uang Rp 75.000 Dijual Seharga Rp 5 Juta, Masih Bisakah Dipesan lewat BI?

4. Zimbabwe

Zimbabwe merupakan salah satu negara dengan redenominasi terbesar di dunia.

Pasalnya, pada 2006-2009, terdapat tiga kasus signifikan di negara itu dengan empat edisi dollar lokal yang beredar.

Hingga pada 2009, akibat inflasi, pemerintah memutuskan untuk redenominasi mata uang menjadi satu dollar keempat Zimbabwe sama dengan 10 septillion (24 digit nol) dollar pertama.

Di tahun selanjutnya, Zimbabwe memutuskan untuk mendemonetisasi dollarnya dan melegalkan beberapa mata uang asing, seperti rand Afrika Selatan, dollar AS, euro, yuan.

Adapun pada 2019, Zimbabwe memutuskan untuk kembali menggunakan mata uang nasionalnya.

Baca juga: Viral Twit Kristen Gray, Daya Tarik Bali, dan Perbedaan Kurs Mata Uang...

5. Georgia

Georgia mulai menuju ekonomi pasar bebas pada 1991. Dua tahun kemudian, pemerintah negara itu mengganti mata uang nasional rubel Rusia dengan kuponi.

Namun, seperti banyak negara bekas Uni Soviet, ekonomi Georgia semakin menghadapi keruntuhan. Mata uang baru pun menghadapi hiperinflasi parah.

Hingga pada 1995, Bank Dunia dan Dana Moneter Internasional (IMF) memberikan kredit kepada Georgia untuk menstabilkan situasi.

Negara itu kemudian mengganti kuponi dengan mata uang baru bernama lira, senilai 1 berbanding 1.000.000.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com