Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Berapa Banyak Sampah yang Ada di Luar Angkasa?

Kompas.com - 13/06/2023, 11:45 WIB
Muhammad Zaenuddin

Penulis

KOMPAS.com - Sampai dengan saat ini, telah ada ribuan roket yang diluncurkan dan mengirim lebih banyak satelit ke orbit.

Banyak dari satelit-satelit tersebut yang masih ada dan banyak diantaranya telah mati atau tidak berfungsi lagi.

Satelit yang mati bersama dengan puing-puing dari roket yang telah diluncurkan selama bertahun-tahun kemudian menjadi rongsokan dan sampah luar angkasa.

Baca juga: Mengenal Ionosfer, Lapisan Atmosfer Bumi yang Memantulkan Gelombang Radio


Dikutip dari Natural History Museum, sampah atau puing-puing luar angkasa adalah setiap bagian dari mesin atau sisa-sisa yang ditinggalkan oleh manusia di luar angkasa.

Sampah luar angkasa tersebut bisa berupa objek besar seperti satelit mati yang gagal atau ditinggalkan di orbit atau yang lebih kecil, seperti serpihan puing yang jatuh dari roket.

Beberapa sampah buatan manusia juga bahkan tertinggal di Bulan.

Baca juga: Apa Perbedaan Atmosfer dan Lapisan Ozon? Simak Penjelasan Berikut

Jumlah sampah di ruang angkasa

Sementara ada sekitar 2.000 satelit aktif yang mengorbit Bumi saat ini, ada juga 3.000 satelit mati yang mengotori ruang angkasa.

Terlebih lagi, ada sekitar 34.000 keping sampah luar angkasa yang berukuran lebih dari 10 sentimeter dan jutaan keping lebih kecil yang tetap bisa menjadi masalah jika menabrak sesuatu yang lain.

Sejalan dengan itu, dilansir Britannica, di orbit Bumi itu sendiri ada lebih dari 14.000 keping sampah luar angkasa yang berukuran lebih dari 10 cm.

Itu terdiri dari satelit mati dan panggung roket. Diperkirakan ada jutaan keping yang berukuran lebih kecil dari itu.

Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Yuri Gargarin Manusia Pertama di Luar Angkasa

Karena kecepatan tinggi pergerakan benda-benda di orbit Bumi, bahkan potongan-potongan kecil puing-puing ruang angkasa dapat menyebabkan kerusakan.

Jendela pesawat ulang-alik seringkali harus diganti karena kerusakan akibat tabrakan dengan puing-puing yang lebih kecil dari satu milimeter.

Bahkan sejumlah satelit telah dihancurkan oleh puing-puing atau sampah luar angkasa.

Puing-puing satelit

Ilustrasi sampah luar angkasa dari sisa-sisa satelit.iStockphoto/johan63 Ilustrasi sampah luar angkasa dari sisa-sisa satelit.

Pada 2009, satelit komunikasi militer Rusia Cosmos 2251 yang tidak berfungsi bertabrakan dengan Motorola Iridium 33 yang masih berfungsi, dan menghancurkan kedua satelit tersebut.

Pada 2013, satelit jarak jauh Rusia, BLITS, harus meninggalkan misinya karena perubahan tak terduga pada orbitnya.

Ini diakibatkan oleh sepotong satelit cuaca Fengyun-1C Tiongkok, yang sengaja dihancurkan pada tahun 2007 oleh militer Tiongkok dalam uji anti-satelit.

Penghancuran ketiga satelit ini, Fengyun-1C, Cosmos 2251, dan Iridium 33, menciptakan hampir separuh sampah antariksa di bawah 1.000 km.

Baca juga: Astronom Temukan Planet Seukuran Bumi, Layak Huni?

Badan antariksa dan perusahaan yang meluncurkan satelit telah mengambil langkah-langkah seperti mendeorbit satelit ketika misi mereka selesai.

Pengujian teknologi untuk benar-benar menghilangkan sampah luar angkasa dengan menangkap potongan-potongan menggunakan jaring atau tombak telah dilakukan.

Konstelasi yang diusulkan seperti Starlink dari SpaceX (4.409 satelit) dan Project Kuiper dari Amazon.com (3.236 satelit), harus menyertakan rencana mitigasi puing-puing luar angkasa saat meminta persetujuan dari badan pengatur.

Sebab proyek tersebut akan sangat meningkatkan jumlah satelit di orbit.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang

Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com