Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Gunung Bromo Berselimut Salju, Fenomena Apa Itu?

Kompas.com - 01/06/2023, 17:00 WIB
Yefta Christopherus Asia Sanjaya,
Farid Firdaus

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Video yang memperlihatkan Gunung Bromo di Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur disebut diselimuti salju, ramai di media sosial.

Unggahan tersebut ditayangkan oleh akun Twitter ini pada Selasa (30/5/2023) lalu.

"Hari ini Gunung Bromo berselimut salju," cuit pengunggah.

Baca juga: Gunung Bromo Akan Tutup 3-5 Juni 2023, Apa Alasannya?

Kawasan Gunung Bromo terlihat putih

Dalam video, tampak hamparan pasir di kawasan Gunung Bromo berwarna putih yang bila dilihat sekilas mirip dengan salju.

Unggahan tersebut kemudian ramai ditanggapi oleh beberapa warganet yang mengaku ingin pergi ke Gunung Bromo.

"Wowww jadi pingin kesana," ujar akun ini.

"jadi pengen kesana," kata akun yang lain.

Hingga Kamis (1/6/2023), video yang memperlihatkan Gunung Bromo disebut diselimuti salju sudah ditayangkan hingga 171.900 kali.

Lantas, benarkah Gunung Bromo ditutupi salju?

Baca juga: Arca Ganesha Hilang di Gunung Bromo, Ini Kata Menparekraf

Penjelasan Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru

Kepala Tata Usaha Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) Septi Eka Wardhani mengatakan narasi bahwa Gunung Bromo bersalju merupakan hal yang keliru.

Fenomena memutihnya gunung setinggi 2.329 meter tersebut dikatakan Septi sebagai fenomena frost atau embun upas.

"Fenomena frost atau embun upas di laporkan telah terjadi di Laut Pasir. Jadi bukan salju ya. Embun yang membeku karena pengaruh udara," kata Septi saat dikonfirmasi oleh Kompas.com, Kamis (1/6/2023).

Baca juga: 5 Fakta Hilangnya Patung Ganesha di Gunung Bromo, Sempat Dikira Dicuri

Pertama kali terjadi 30 Mei 2023

Septi menyampaikan, pada tahun ini fenomena embun upas pertama kali terlihat pada hari Selasa (30/5/2023).

Hal tersebut bersesuaian dengan keterangan waktu yang ditayangkan oleh di Twitter.

Septi menjelaskan bahwa kawasan Gunung Bromo semakin eksotis sejak kemunculan embun upas yang membeku menyerupai salju.

Pemandangan yang indah membuat jumlah wisatawan yang berkunjung ke gunung tersebut juga semakin meningkat.

"Pemandangan kawasan Lautan Pasir Gunung Bromo tampak memutih dan lebih menarik. Diharapkan dengan adanya fenomena tersebut kunjungan wisatawan semakin meningkat," imbuh Septi.

Baca juga: Kronologi Hilangnya Arca Ganesha dari Puncak Gunung Bromo

Puncak Mahameru dilihat dari Seruni Point Gunung Bromo.KOMPAS.com/ANGGARA WIKAN PRASETYA Puncak Mahameru dilihat dari Seruni Point Gunung Bromo.

Fenomena embun upas terjadi saat musim kemarau

Munculnya embun upas menarik untuk diperhatikan lantaran fenomena ini terjadi ketika wilayah Indonesia memasuki musim kemarau.

Terkait hal tersebut, Septi menuturkan bahwa fenomena itu biasa terjadi terutama saat memasuki musim kemarau.

Ia juga menerangkan, sebelum muncul embun upas, cuaca sehari sebelumnya terasa sangat panas terik.

Namun, saat fenomena tersebut terjadi, embun upas menghilang seiring posisi matahari yang mulai meninggi.

"Pada sore hari ada kabut tipis, sedangkan pada malam hari dingin antara 0-5 derajat mendekati titik beku. Itu tanda-tanda frost bakal dijumpai di TNBTS," terang Septi.

Baca juga: Bromo Ditutup Saat Yadnya Kasada, Kades Sebut Wisatawan Masih Bisa Melihat dari Seruni Point dan Cemorolawang

Penyebab munculnya embun upas di Gunung Bromo

Terpisah, Koordinator Bidang Analisis Variabilitas Iklim Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Supari menjelaskan, terjadinya fenomena embun upas di Gunung Bromo menunjukkan suhu minimum mencapai nilai di bawah nol atau minus.

Saat ditanya mengapa fenomena tersebut dapat terjadi ketika Indonesia memasuki musim kemarau, Supari menjelaskan munculnya embun upas bisa dicapai saat musim kemarau di malam hari pada ketinggian tertentu.

Tak hanya itu, faktor ketinggian atau elevasi menjadi faktor lain yang berkombinasi menciptakan kondisi itu.

"Saat musim kemarau, udara di malam hari sangat dingin karena bumi melepaskan energi secara maksimal karena langit yang tanpa awan sehingga permukaan Bumi mendingin dengan cepat," ujarnya kepada Kompas.com, Kamis (1/6/2023).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com