Adapun 14 menteri yang menandatangani, sebut saja Deklarasi Bappenas, adalah Akbar Tandjung, AM Hendropriyono, Ginandjar Kartasasmita, Giri Suseno Hadihardjono, Haryanto Dhanutirto, Justika S Baharsjah.
Kemudian Kuntoro Mangkusubroto, Rachmadi Bambang Sumadhijo, Rahardi Ramelan, Subiakto Tjakrawerdaya, Sanyoto Sastrowardoyo, Sumahadi MBA, Theo L Sambuaga, dan Tanri Abeng.
Setelah menerima surat itu, Soeharto merasa ditinggal oleh para menterinya.
Soeharto kemudian memanggil Habibie untuk memberitahukan soal kemungkinan mundur. Habibie diminta untuk siap jika kekuasaan diserahkan kepadanya.
Probosutedjo, adik Soeharto, yang berada di kediaman Jalan Cendana pada malam itu, mengungkapkan jika Soeharto terlihat gugup dan bimbang.
"Pak Harto gugup dan bimbang, apakah Habibie siap dan bisa menerima penyerahan itu. Suasana bimbang ini baru sirna setelah Habibie menyatakan diri siap menerima jabatan presiden," ujarnya.
Pukul 23.00 WIB, Soeharto memerintahkan ajudan untuk memanggil Yusril Ihza Mahendra, Mensesneg Saadillah Mursjid, dan Panglima ABRI Jenderal TNI Wiranto.
Soeharto sudah berbulat hati menyerahkan kekuasaan kepada Habibie.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: 22 Februari 1967, Penyerahan Kekuasaan dari Soekarno ke Soeharto
Kemudian, sekitar pukul 23.20 WIB Yusril bertemu Amien Rais. Dalam pertemuan itu, Yusril menyampaikan rencana Soeharto untuk mundur pada 21 Mei 1998, sekitar pukul 09.00 WIB.
Dalam bahasa Amien, kata-kata yang disampaikan oleh Yusril itu, "The old man most probably has resigned" (orang tua itu kemungkinan besar mundur).
Pada 21 Mei 1998 dini hari, pukul 01.30 WIB, Amien Rais bersama sejumlah tokoh reformasi menggelar jumpa pers.
Dalam jumpa pers itu, Amien mengatakan, "Selamat tinggal pemerintahan lama, dan selamat datang pemerintahan baru."
Baca juga: Sejarah Pemilu Pertama di Era Reformasi, Bagaimana Pelaksanaannya?
Mengutip dari Kompas.com (21/5/2021), Soeharto akhirnya mengumumkan pengunduran dirinya sebagai presiden pada 21 Mei 1998.
"Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 8 UUD 1945 dan setelah dengan sungguh-sungguh memperhatikan pandangan pimpinan Dewan Perwakilan Rakyat dan pimpinan fraksi-fraksi yang ada di dalamnya, saya memutuskan untuk menyatakan berhenti dari jabatan saya sebagai Presiden Republik Indonesia, terhitung sejak saya bacakan pernyataan ini pada hari ini, Kamis 21 Mei 1998," kata Soeharto dalam pidatonya.
Pengumuman itu menjadi klimaks dari demo dan kerusuhan yang sudah berlangsung cukup lama di berbagai daerah pada 1998.
Para pendemo yang menduduki Gedung DPR/MPR pun bersuka cita atas pengunduran diri Soeharto.
(Sumber: Kompas.com/Tsarina Maharani, Ahmad Naufal Dzulfaroh I Editor: Kristian Erdianto, Rizal Setyo Nugroho)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.