Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bom Meledak di Soekarno-Hatta 20 Tahun Silam, 10 Orang Terluka, 1 di Antaranya Diamputasi

Kompas.com - 26/04/2023, 18:15 WIB
Diva Lufiana Putri,
Inten Esti Pratiwi

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Sebuah bom meledak di area Terminal 2F Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Cengkareng, Tangerang, pada 27 April 2003, tepat 20 tahun lalu.

Ledakan ini merupakan kedua kalinya peristiwa pengeboman dalam sepekan setelah beberapa hari sebelumnya terjadi di belakang Kantor Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), Jalan KH Wahid Hasyim, Jakarta Pusat.

Harian Kompas, 28 April 2003, melaporkan, ledakan membuat kaca tempered setebal 10 cm, kaca plafon, dan kaca pembatas Skycafe setebal 10 cm pecah berantakan.

Namun, bom berdaya ledak rendah ini tak mengganggu jadwal penerbangan.

Baca juga: Mengenang 22 Tahun Kepergian Riyanto, Anggota Banser yang Membuang Tas Berisi Bom di Depan Gereja Eben Haezar Mojokerto


Lampu sempat padam, tiba-tiba ada ledakan

Dikutip dari Kompas.com (26/4/2022), saksi mata bernama Asun mengatakan, lampu di kawasan bandara sempat padam beberapa saat sebelum ledakan.

Setelah lampu kembali menyala, tiba-tiba terdengar ledakan yang memekakkan telinga.

Asun mengaku, dirinya melihat beberapa orang yang berada di depan kios Trias Cafe menjerit-jerit karena terluka.

Sementara itu, Supriyadi, seorang pedagang parfum menuturkan, tak berapa lama setelah ledakan, ada asap tebal di lokasi kejadian.

Dia juga menyaksikan beberapa korban ledakan berjatuhan dan berteriak-teriak meminta tolong.

Mereka cukup lama berada di wilayah itu sampai akhirnya petugas Gegana Polri tiba dan memastikan area aman dari kemungkinan bom lainnya.

Saksi mata lain, sopir taksi bernama Suyatno menjelaskan, ia menurunkan penumpang persis di seberang lokasi kejadian.

"Pas ketika mobil berhenti, terdengar ledakan amat keras. Saya kaget, tetapi tenang saja karena berpikir itu ban pesawat mungkin meletus," katanya.

Beberapa saat setelah ledakan terjadi, polisi kemudian menutup area publik sepanjang 25 meter antara pintu masuk 3EF dan pintu masuk 4FE.

Baca juga: Saat Penumpang Wings Air Sebut Ada Bom di Pesawat...

10 orang terluka

Meski tak berimbas pada jadwal penerbangan, ledakan bom di Bandara Soekarno-Hatta 20 tahun silam telah melukai 10 orang, dua di antaranya terluka berat.

Dilansir dari Kompas.com (27/4/2023), bom diletakkan di bawah bangku yang lokasinya di depan sebuah kios makanan dan minuman, Trias Cafe.

Korban yang luka-luka berada di sekitar bangku yang posisinya antara pintu masuk restoran cepat saji KFC dan Skycafe.

Adapun dua korban luka berat, Yuli dan Miniarti, langsung dilarikan ke RSU Tangerang untuk mendapatkan perawatan lebih lanjut.

Namun, karena terlampau parah, kaki kiri Yuli pun harus diamputasi. Sementara Miniarti, mengalami luka di kepala dan kakinya.

Delapan korban lainnya dibawa ke RS di Pantai Indah Kapuk (PIK). Mereka adalah Sulastri, Sumiati, Desi Ratna, Joveneiel Jaya, Sumartini, Roswati, Silvia Magdalena, dan Jihan Jaya.

Para korban yang masih satu keluarga besar rencananya akan berangkat ke Samarinda, Kalimantan Timur.

Menggunakan pesawat Lion Air JTI 760 dan dijadwalkan berangkat pukul 07.00 WIB, nahas, sebuah bom menunda keberangkatan para korban.

Baca juga: 4 Kasus Bom Panci di Indonesia, Mulai dari Gereja Katedral Makassar hingga Cicendo

Bom mengandung TNT, dicurigai ulah GAM

Diberitakan Harian Kompas, 2 Mei 2003, Kepala Badan Reserse Kriminal Polri saat itu, Komisaris Jenderal Erwin Mappaseng menerangkan, bom yang meledak di Bandara Soekarno-Hatta mengandung trinitrotoluene (TNT) dalam jumlah yang sangat sedikit. 

Bukan hanya itu, polisi juga sudah meyakini siapa pelakunya dan mempublikasikan dua sketsa wajah terduga pelaku kasus peledakan bom di fasilitas publik tersebut.

Erwin menjelaskan, keduanya diduga meletakkan tas berisi rangkaian bom yang meledak di ruang publik Terminal 2F Bandara Soekarno-Hatta.

Kedua orang itu masing-masing mengenakan topi pet dan kopiah. Menurut Erwin, sketsa dibuat berdasarkan keterangan beberapa saksi di lokasi kejadian.

Analisis awal dari Kapolri kala itu, Jenderal Da'i Bachtiar, terdapat tiga kelompok yang diduga melakukan peledakan bom.

Salah satu kelompok yang dicurigai, yakni Gerakan Aceh Merdeka (GAM), meski hal itu langsung dibantah oleh pihak GAM.

Ditemukan pula indikasi, ada rombongan GAM yang akan berangkat ke Jenewa, Swiss, dan menginap di Hotel Quality yang berada di bandara, beberapa hari sebelum bom meledak.

Keterangan dari dua orang saksi mengungkapkan, rombongan tersebut dipimpin Sofyan Ibrahim Tiba, salah seorang negosiator GAM dalam perundingan perdamaian.

Kedua saksi juga menuturkan, dua orang yang ciri-cirinya mirip dengan sketsa wajah polisi, sempat masuk ke kamar nomor 42 yang dihuni rombongan tersebut.

(Sumber: Kompas.com/Ahmad Naufal Dzulfaroh, Dandy Bayu Bramasta | Editor: Inten Esti Pratiwi, Sari Hardiyanto)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com