Karena berkembang di antara masyarakat Islam asal Nusantara, opor ayam menjadi makanan yang tidak bisa dilepaskan dari umat Islam.
Guru Besar Tata Boga Universitas Negeri Yogyakarta, Prof Marwanti menyebut bahwa Sunan Kalijaga pertama kali memperkenalkan ketupat Lebaran pada abad ke-15 di Kabupaten Demak, Jawa Tengah.
Opor ayam menjadi menu pelengkap untuk mendampingi ketupat. Saat itu, ketupat dimakan pada perayaan Bakda Ketupat tepatnya seminggu setelah hari raya Idul Fitri atau Bakda Lebaran.
Sementara itu, travelling chef Wira Hardiansyah menjelaskan bahwa ketupat dan opor ayam dianggap sebagai satu hidangan berkat kebiasaan orang Nusantara mencocokkan sesuatu sebagai tanda pengingat atau disebut otak atik gathuk.
"Atau pangeling eling yang dikaitkan dengan aspek kehidupan hablum minannaas (manusia dengan segala ciptaan Tuhan) dan hablum minallah (manusia dengan Tuhan). Itulah kenapa otak atik gathuk selalu mendapat tempat tertinggi di masyarakat,” ujarnya kepada Kompas.com.
Adapun kata opor berasal dari konsep apura-ingapura atau ngapuro yang berarti maaf memaafkan.
"Lebaran diambil dari kata leburan, yaitu peleburan dosa-dosa kita. Itulah kenapa ketupat dan opor selalu disandingkan pada saat hari raya,” lanjut Chef Wira.
Ketupat dan opor memiliki makna sebagai ujaran meminta maaf atas segala kesalahan dan pikiran buruk yang dimiliki seseorang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.