Di ionosfer, ion angin matahari bertabrakan dengan atom oksigen dan nitrogen yang berasal dari atmosfer bumi.
Energi yang dilepaskan selama tabrakan ini menyebabkan lingkaran cahaya berwarna-warni di sekitar kutub, cahaya tersebut yang kita kenal dengan aurora.
Sebagian besar aurora terjadi sekitar 97 hingga 1.000 kilometer di atas permukaan bumi.
Baca juga: Mengenal Ionosfer, Lapisan Atmosfer Bumi yang Memantulkan Gelombang Radio
Dilansir Britannica, aurora memiliki banyak bentuk, termasuk berupa tirai bercahaya, busur, pita, atau potongan-potongan kecil.
Busur adalah bentuk aurora yang paling stabil, terkadang bertahan selama berjam-jam tanpa perubahan variasi yang berarti.
Namun, dalam tampilan yang lebih bagus, bentuk lain muncul, dan biasanya mengalami variasi yang dramatis.
Cahaya kehijauan aurora dapat menutupi sebagian besar langit kutub dari zenit magnet, kemudian berubah dengan bentuk terlipat dan bertepi dengan batas merah yang menyerupai tirai.
Tampilan berakhir dengan mundurnya bentuk aurora ke arah kutub, sinar secara bertahap meredup menjadi area cahaya putih yang menyebar.
Selain Bumi, beberapa planet di tata surya, seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus, memiliki atmosfer dan medan magnet yang besar, sehingga dapat menampilkan aurora.
Aurora juga telah diamati di bulan Jupiter, yakni Io, di mana aurora dihasilkan oleh interaksi atmosfer Io dengan medan magnet kuat Jupiter.
Baca juga: Mengenal Kandungan dan Fungsi Atmosfer, Apa Saja?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.