Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ramai soal Foto Aurora di Langit Yogyakarta, Ini Penjelasan Lapan

Kompas.com - 03/10/2021, 11:30 WIB
Retia Kartika Dewi,
Inggried Dwi Wedhaswary

Tim Redaksi

KOMPAS.com - Di media sosial, ramai soal foto yang menyebut fenomena langit mirip aurora borealis di langit Tumpeng Menoreh, Yogyakarta. Foto ini viral di media sosial Twitter pada Sabtu (2/10/2021).

"Berawal dari keisengan ditengah malam, berakhir dengan sebuah kepuasan karena berhasil memotret “aurora” di Langit Tumpeng Menoreh Jogja! Photo by jhodytography_," tulis akun Twitter @merapi_uncover.

Twit tersebut menyertakan foto langit yang terdapat kilatan cahaya berwarna hijau.

Hingga Minggu (3/10/2021), twit tersebut sudah diretwit sebanyak 18 kali dan disukai sebanyak 117 kali oleh pengguna Twitter lainnya.

Baca juga: Fenomena Equinox di Sejumlah Wilayah Indonesia, Ini Penjelasan Lapan

Apakah memang aurora?

Peneliti Pusat Riset Sains Antariksa-Organisasi Riset Penerbangan dan Antariksa BRIN Andi Pangerang mengatakan, fenomena langit yang berwarna kehijauan itu bukan aurora borealis.

"Bukan aurora. Untuk yang di Jogja ini saya curiga dari pengolahan gambarnya sehingga menimbulkan warna kehijauan karena daerah sekitar khatulistiwa dan lintang rendah mustahil mengalami aurora," ujar Andi saat dihubungi Kompas.com, Minggu (3/10/2021).

Menurut dia, aurora borealis dan australis hanya terjadi di kutub utara dan selatan Bumi.

Sebab, di kutub utara dan selatan ada angin maupun badai Matahari yang berinteraksi dengan magnetosfer Bumi atau lapisan medan magnet yang melindungi Bumi.

"Akibatnya, muncul guncangan berupa bow shock, sehingga partikel berenergi tinggi yang berasal dari angin/badai matahari terlepas dan mengalir ke kutub-kutub Bumi, sehingga menimbulkan aurora," papar Andi.

Penyebab aurora mustahil berada di daerah khatulistiwa

Andi mengatakan, ada beberapa faktor yang membuat aurora mustahil terjadi di daerah khatulistiwa.

Ia menjelaskan, Bumi ibarat medan magnet raksasa.

Medan magnet raksasa ini memiliki garis-garis gaya magnet yang bergerak dari kutub utara magnetik ke kutub selatan magnetik.

"Karena garis-garis gaya magnet ini bergerak sehingga sisi siang Bumi (yang menghadap Matahari) hanya dilalui oleh garis-garis gaya magnetnya saja," ujar Andi.

Sementara, ketika angin/badai Matahari berinteraksi dengan medan magnet Bumi, medan magnet sisi siang akan tertekan dan terdorong menuju ke kutub-kutubnya.

"Dari hal tersebut, sehingga aurora tidak memungkinkan terjadi di khatulistiwa," lanjut dia.

Baca juga: Hari Tanpa Bayangan Mulai 6 September-21 Oktober, Ini Penjelasan Lapan

Halaman:

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com