Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Taufan Teguh Akbari
Dosen

Pengamat dan praktisi kepemudaan, komunikasi, kepemimpinan & komunitas. Saat ini mengemban amanah sebagai Wakil Rektor 3 IKB LSPR, Head of LSPR Leadership Centre, Chairman Millennial Berdaya Nusantara Foundation (Rumah Millennials), Pengurus Pusat Indonesia Forum & Konsultan SSS Communications.

Belajar dari Kepemimpinan Militer

Kompas.com - 18/04/2023, 08:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Misi mengabdi

Setiap kita sebenarnya memiliki misi dalam hidup. Misi itu bisa apa saja, apakah berkontribusi terhadap perekonomian keluarga, menulis untuk menginspirasi banyak orang, menjadi seorang campaigner mewakili suara orang banyak, atau membuat komunitas yang memberdayakan anak muda.

Ketika kita mampu mendefinisikan misi kita, nantinya misi tersebut akan menjadi our natural voices. Robert T Kiyosaki mengatakan, “People who speak words that come from their souls inspire their spirit and become great warriors, entrepreneurs, and leaders in all walks of life.

Banyak sosok yang berhasil di bidangnya karena mereka punya misi yang diemban. Bagi banyak orang, tujuan atau misi menjadi alasan untuk berkontribusi bagi banyak orang.

Gallup mengonfirmasi hal itu, di mana salah satu aspek terpenting dalam bekerja adalah purpose. Di sinilah kepemimpinan militer sangat penting untuk dipraktikkan. Kepemimpinan militer mengajak kita untuk menjadi seseorang yang berpikir tidak hanya tentang diri sendiri dan melihat realitas di lapangan.

Kepemimpinan militer mengajak kita untuk ikut berkontribusi membangun negeri. Pola pikir seperti ini yang harus menjadi pendorong bagi kita untuk berkarya, baik itu sebagai karyawan, akademisi, politisi, maupun pengusaha.

Kabar baiknya, aktor-aktor yang memiliki pola pikir seperti itu sudah mulai bermunculan. Mereka menggerakkan banyak orang, membuat sesuatu yang berdampak dan dapat menyelesaikan solusi.

Kita ambil contoh platform Kitabisa. Kitabisa adalah manifestasi misi dari orang-orang yang membangun platform ini. Kitabisa memiliki misi kemanusiaan, yaitu menjadikannya sebagai platform di mana banyak orang mudah melakukan donasi.

Salah satu start-up unicorn di Indonesia, yaitu OVO, juga memiliki misi dalam membangun usahanya. Mereka ingin masyarakat semakin mudah bertransaksi segala kebutuhan. Pada survei Daily Social 2021, OVO menjadi dompet digital yang paling digunakan masyarakat, yaitu sekitar 58,9 persen.

Pada lini usaha sociopreneur, ada Waste4Change. Kewirausahaan sosial ini hadir untuk memberikan solusi dari hulu ke hilir tentang pengelolaan sampah. Sampah menjadi masalah yang masih belum terselesaikan, sehingga membutuhkan aktor-aktor lainnya untuk mengakselerasi penyelesaian masalah.

Kesamaan dari ketiga start-up ini adalah mereka fokus pada misi dan solusi. Mereka ingin menjadi bagian dari ekosistem, bagian dari solusi di sektor yang digelutinya masing-masing. Hal itu yang menjadi tujuan utamanya.

Ketiga perusahaan itu  juga memiliki target yang jelas. Jack Cranfield, CEO sebuah perusahaan penerbitan bernama Chicken Soup for the Soul, mengatakan, “If you can tune into your purpose and really align with it, setting goals so that your vision is an expression of that purpose, then life flows much more easily.”

Sederhananya, dengan menjadi pemimpin yang mission-oriented, kita menjadi lebih memahami ke arah mana kita akan berpijak. Ini akan membuat kita lebih mudah menentukan langkah ke depan agar selangkah lebih dekat meraih apa yang kita inginkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Komentar
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com